Monday, 12 February 2018

Efek samping lidah buaya ( Aloe Vera )

Menurut Muliyani.T (2010) selain lidah buaya ini mempunyai banyak manfaat, tetapi penting bagi anda untuk mengetahui tanaman ini juga mempenyai sebuah efek samping dengan beberapa ketentuan yang harus diketahui sebeleum memakainya, adapun efek sampingnya :
a.       Reaksi Alergi : Orang yang alergi terhadap bawang putih, bawang merah, bunga tulip, atau tanaman lain dari keluarga lily, harus menghindari lidah buaya. Penggunaanlidah buaya secara topikal atau oral bagi orang yang memiliki alergi terhadap lidah buaya dapat menyebabkan iritasi kulit, gatal-gatal, kram, dan diare. Salah satu cara sederhana untuk menguji apakah alergi terhadap lidah buaya atau lidak adalah dengan mengoleskan sedikit cairan lidah buaya murni dibelakang telinga. Untuk orang yang alergi terhadap lidah buaya, dianjurkan untuk selalu membaca label dari setiap produk yang digunakan, karena lidah buaya banyak terkandung dalam sejumlah besar produk perawatan kulit, makanan dan herbal, serta produk obat- obatan.
b.      Diare dan Keram : Jus daun lidah buaya mengandung aloe latex, yang dikenal sebagai pencahar. Lidah buaya bisa memicu timbulnya diare atau kram yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit berbahaya, bahkan meskipun digunakan hanya dalam beberapa hari, pada 5 november 2012, FDA ( BP Pom-nya Amerika) tidak merekomendasikan penggunaan lidah buaya sebagai obat pencahar. Sebagai oabat pencahar, lidah buaya bersifat adiktif dan memiliki efek negatif permanen pada kesehatan kilon yang bis mempemperparah sembelit (konstipasi).
c.       Kanker Kolorektal : Penggunaan lidah buaya secara oral untuk jangka waktu satu tahun lebih dapat menimbulkan resiko kanker kolorektal. Selain itu menurut penilitian genotoxicity menunjukan bahwa obat pencahar yang mengandung lidah buaya menimbulkan resiko kanker kolorektal bahkan meski digunakan sesui petunjuk. Menurut website florida, bakteri pseudomelanosis coli bisa timbul akibat penggunaan lidah buaya dalam jangka panjang, yang merupakan penyebab resiko kanker kolorektal.
d.      Ketidak Seimbangan Gula Darah : Mayo Clinic menyatakan bahwa lidah buaya yang dikosumsi secara oral memiliki kemampuan untuk ,menurunkan gula darah. Oleh karena itu, tidak boleh diambil oleh orang yang menderita diabetes kecuali di bawah pengawasaan tenaga kesehatan. Lidah bauaya memliki konrtraindikasi dengan obat-obatan seperti hypolycemics seprti insuline, diabeta, metformi, glyburide dan glipizide.

e.       Kematian : Menurut Mayo Clinic Website Florida, kematian akibat kerusakan ginjal dan diare berdarah yang parah dapat terjadi akibat dosis toksik lidah buaya. Mengonsumsi lidah buaya secara oral dengan konsentrasi 1 gram perhari atau lebih selama beberapa hari adalah dosis yang bisa mematikan

Cara Membuat Minuman Lidah Buaya (Aloe Vera)

Jika ingin membuat minuman dari daun lidah buaya untuk diabetes mellitus berikut bahan serta caranya menurut Hembing (2010) cara meramu aloe vera yaitu 2 batang daun lidah buaya, dicuci, dibuang durinya, dipotong-potong. Rebus dengan 3 gelas air, lalu saring. Minum 3 kali sehari sesudah makan, masing-masing setengah gelas.Daun lidah buaya dicuci bersih, dibuang durinya, dipotong-potong seperlunya, kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 ½ gelas. Diminum 3 kali sehari masing masing ½ gelas setelah makan (Wijayakusuma, 2009, hal 122).

Manfaat dan Khasiat Lidah Buaya

Selain menyuburkan rambut, lidah buaya juga dikenal berkhasiat untuk mengobati sejumlah penyakit, diantaranya diabetes mellitus dan serangan jantung. Bangsa Mesir kuno sudah mengenal khasiat lidah buaya sebagai obat sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian (Purwakarta, 2006)
Manfaat lidah buaya beragam disebabkan kandungan bahan aktif yang dimilikinya, seperti terlihat di tabel 2 dan 3.
Zat
Kegunaan
Lignin



Saponin

·         Mempunyai kemampuan penyerapan  yang tinggi, sehingga memudahkan peresapan gel ke kulit.
·         Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik.
·         Bahan pencuci yang sangat baik.
Komplek Anthraquinone aloin, barbaloin, iso-, aloetic acid, ester asam sinamat, asam krisophanat, eteral oil, resistanol
·         Bahan laksatif
·         Penghilang rasa sakit, mengurangi racun.
·         Senyawa antibakteri.
·         Mempunyai kandungan antibiotik.
Vitamin B1, B2, niacinamida, B6,
·         Bahan penting untuk menjalankan fungsi
Cholin, asam folat
·         Tubuh secara normal dan sehat.
Enzim oksidase, amilase, katalase, lifase, protease

·         Mengatur proses-proses kimia dalam tubuh.
·         Menyembuhkan luka dalam dan luar.
Mono dan polisakarida, selulosa, glukosa, mannose, aldopentosa, rhamnosa
·         Memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
·         Berfungsi untuk memproduksi mucopolisakarida
Diambil dari : Furnawanthi, 2002)
Tabel 3. Komposisi kimia gel lidah buaya
Bahan
Kegunaan
Unsur
Konsentrasi (ppm)
Mineral










Asam amino











Protein
·         Memberi ketahanan terhadap penyakit, menjaga kesehatan dan memberikan vitalitas.
·         Berinteraksi dengan vitamin untuk mendukung fungsi-fungsi tubuh.
·         Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan.
·         Untuk sintesa bahan lain.
·         Sumber energi

Kalsium(Ca) Fosfor(P)
Besi(Fe) Magnesium(Mg) Mangan(Mn) Kalium(K) Natrium(Na)
Tembaga(Cu) Asam aspartat Asam glutamat
Alanin
Isoleusin Fenilalanin Threonin
Prolin
Valin
Leusin
Histidin
Serin
Glisin
Methionin
Lysine
Arginin
Tyrosin Tryptophan

458,00
20,10
1,18
60,80
1,04
797,00
84,40
0,11
43,00
52,00
28,00
14,00
14,00
31,00
14,00
14,00
20,00
18,00
45,00
28,00
14,00
37,00
14,00
14,00
30,00
0,1 %
Diambil dari : Furnawanthi, 2002
Secara umum bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang sering dimanfaatkan yaitu :
a.         Daun
Keseluruhan daunnya dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk eksudatnya (Furnawanthi, 2002).
b.         Eksudat
Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan. Eksudatnya berbentuk kental, berwarna kuning, dan rasanya pahit (Furnawanthi, 2002).
Getah lidah buaya bersifat kolodial seperti lendir, terutama jika pH nya mendekati basa (saat daun masih segar), bentuknya berupa gel (mirip agar-agar) yang lekat. Namun, jika pH-nya mendekati asam (saat daun mulai layu), akan berubah wujud menjadi sol yang bersifat lebih encer seperti sirup (Furnawanthi, 2002).
c.         Gel

Gel adalah bagian berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam daun setelah eksudatnya dikeluarkan (Furnawanthi, 2002). Gel sangat mudah rusak karena mengandung bahan aktif dan enzim yang sangat sensitive terhadap suhu, udara dan cahaya, serta bersifat mendinginkan. Akibatnya, kontak bahan dengan udara (oksigen) akan mempercepat proses oksidasi, sehingga gel akan berubah menjadi kuning hingga coklat (browning) (Yohanes, 2005).

Kandungan Tanaman Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya mengandung dua jenis cairan, yakni cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin. Jeli lidah buaya diperoleh dengan membelah batang lidah buaya. Jeli mengandung zat antibakteri dan dan antijamur yang dapat menstimulasi fibroblast, yaitu sel-sel kulit yang berfungsi menyembuhkan luka (Astawan, 2008).
Lidah buaya jenis Barbadensis Miller aman dikonsumsi, karena mengandung zat mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Mengingat kandungan yang lengkap itu, lidah buaya bukan cuma berguna menjaga kesehatan, tapi juga mengatasi berbagai penyakit, misalnya lidah buaya juga mampu menurunkan kadar gula darah pada diabetesi yang tidak tergantung insulin dalam waktu 10 hari gula darah bisa normal (Freddy 2006, dalam Purwakarta, 2006).
Kandungan dari lidah buaya yang dianggap mampu menurunkan kadar gula darah adalah kromium, inositol, vitamin A, dan getah kering lidah buaya yang mengandung hypoglycemic (Jatnika& Saptoningsih, 2009). Selain itu, lidah buaya diyakini sangat mujarab karena mengandung salisilat, yaitu zat peredam sakit dan antibengkak yang juga terdapat dalam aspirin. Cairan berwarna kekuningan mengandung aloin berasal dari lateks yang terdapat di bagian luar kulit lidah buaya. Cairan ini tidak sama dengan jeli lidah buaya, dianggap cukup aman dan banyak dimanfaatkan sebagai obat pencahar komersial (Furnawanthi, 2002).

Jumlah asam amino, vitamin, enzim, anthraquinone, dan unsur lainnya tidak terdapat dalam jumlah besar, tetapi karena digabungkan menjadi satu, membuahkan hasil yang menakjubkan. Hal ini disebabkan unsur yang terdapat di dalam lidah buaya ini menstimulasi macropage di dalam tubuh. Macropage adalah salah satu sel darah yang mengendalikan system kekebalan tubuh (Furnawanthi, 2002).

Jenis dan Varietas Lidah Buaya

Terdapat lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku Liliaceae. Di samping itu, tidak sedikit lidah buaya yang merupakan hasil persilangan. Menurut Dowling (1985, dalam Furnawanthi, 2002) hanya tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial di dunia, yakni Curacao Aloe atau Aloe vera (Aloe Barbadensis Miller), Cape Aloe atau Aloe Ferox Miller, dan Socotrine Aloe yang salah satunya adalah Aloe Perryi Baker. Karakteristik ketiga jenis lidah buaya tersebut terlihat dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Karakteristik tanaman lidah buaya komersial
Karakteristik

Aloe Barbadensis
 Miller
Aloe Ferox
Miller
Aloe Perryi
Baker
Batang



Bentuk Daun




Lebar daun

Lapisan lilin pada daun

Duri


Tinggi Bunga (mm)


Warna
bunga
Tidak terlihat jelas


Lebar di bagian bawah, dengan pelepah bagian atas cembung

6-13 cm

Tebal


Di bagian pinggir Daun

25-30 (tinggi
tangkai bunga 60-100 cm)

Kuning
Terlihat jelas (tinggi 3-5 m atau lebih)


Lebar dibagian bawah



10-15 cm

 Tebal


Di bagian pinggir dan bawah daun

35-40



Merah tua hingga jingga
Tidak terlihat jelas (lebih kurang 0,5 m)


Lebar dibagian bawah



 5-8 cm

 Tipis


Di bagian pinggir daun

25-30



Merah Terang

Diambil dari : Furnawanthi, 2002
Lidah buaya yang banyak dimanfaatkan adalah spesies Aloe barbadensis Miller yang ditemukan oleh Philip Miller, seorang pakar botani yang berasal dari inggris, pada tahun 1768. Aloe barbadensis Miller mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya tahan hama;ukurannya lebih panjang, yakni bisa mencapai 121 cm; berat perbatangnya bisa mencapai 4kg; dan mengandung 75 nutrisi.
Jenis yang banyak dikembangkan di Asia termasuk indonesia, adalah Aloe chinensis Baker, yang berasal dari cina, tetapi bukan tanaman asli cina. Jenis ini di Indonesia sudah ditanam secara komersial di Kalimantan Barat dan lebih dikenal dengan nama lidah buaya pontianak, yang dideskripsikan oleh Baker pada tahun 1877 (Furnawanthi, 2002). Ciri-ciri tanaman ini adalah bunga berwarna orange, pelepah berwarna hijau muda, pelepah bagian atas agak cekung, dan mempunyai totol putih didaunnya ketika tanaman masih muda, lapisan lilinnya tipis di bawah daun dengan panjang daun 50-80 cm, lebarnya mencapai 10-14 cm dengan tebal 2-3 cm dan duri daun terdapat di bagian tepi (Jatnika& Saptoningsih, 2009).
Jenis lidah buaya ini adalah salah satu lidah buaya yang baik untuk menurunkan kadar gula darah sebab mengandung kromium yang saat dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus akan menuju ke jaringan adipose dan otot lurik yang akan mengaktifkan fosforilasi Akt yang ada di jaringan adipose dan otot lurik. Fosforilasi Akt akan merangsang sekresi insulin secara paten sehingga glukosa dapat masuk kedalam sel β pancreas secara difusi pasif yang diperantarai protein membrane yang spesifik (glukosa transporter 2) sedangkan glukosa masuk ke membran plasma melalui glukosa transporter 4 yang juga dapat merangsang sekresi insulin. Karena adanya sekresi insulin maka produksi insulin meningkat secara otomatis produksi glukosa oleh hati menurun dan glukosa darah juga menurun (Wuliyani, 2009).

Morfologi Tanaman Lidah Buaya (alue vera L.)

Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat sukulen, dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset), panjang daun 40-90 cm, lebar 6-13 cm, dengan ketebalan lebih kurang 2,5 cm di pangkal daun serta bunga berbentuk lonceng (Furnawanthi, 2002).
Lidah buaya termasuk tanaman yang efisien dalam penggunaan air karena memiliki sifat tahan kekeringan. Dalam kondisi gelap, terutama malam hari, stomata atau mulut daun membuka, sehingga uap air dapat masuk. Hal ini disebabkan karena pada malam hari udaranya dingin, uap air tersebut berbentuk embun. Stomata yang membuka pada malam hari memberi keuntungan, yakni tidak akan terjadi penguapan air dari tubuh tanaman, sehingga air yang berada di dalam tubuh daunnya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, lidah buaya mampu bertahan hidup dalam kondisi yang bagaimanapun keringnya (Furnawanthi, 2002).
Kelemahan lidah buaya adalah jika ditanam di daerah basah dengan curah hujan tinggi, mudah terserang cendawan, terutama fusarium sp. yang menyerang pangkal batangnya (Furnawanthi, 2002). Sementara itu, dari segi budi daya, tanaman lidah buaya sangat mudah dan relatif tidak memerlukan investasi besar. Hal ini disebabkan tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang dapat dipanen berulang-ulang dengan masa produksi 7-8 tahun (Astawan, 2008).
a.      Batang
Batang tanaman lidah buaya berserat atau berkayu. Pada umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutupi oleh daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, ada juga beberapa spesies yang berbentuk pohon dengan ketinggian mencapai 3-5 m yang dapat dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika. Melalui batang ini akan tumbuh tunas yang akan menjadi anakan (sucker) (Furnawanthi, 2002).
b.      Daun
Daun lidah buaya berbentuk tombak dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal; tidak bertulang; berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin di permukaan; serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, atau lender yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung) (Furnawanthi, 2002).
Di daun lidah buaya yang muda dan sucker (anak) terdapat bercak (totol) berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya dewasa. Namun, tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau local. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna (Furnawanthi, 2002).
c.       Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-3 cm, berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit berjuntai melingkari ujung tangkai yang menjulang ke atas sepanjang sekitar 50-100 cm (Furnawanthi, 2002).
d.      Akar

Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang pendek dengan akar serabut yang panjangnya bisa mencapai 30-40 cm (Furnawanthi, 2002).

Sejarah Lidah Buaya

Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika, tepatnya Ethiopia, yang termasuk golongan liliaceae. Tanaman ini mempunyai nama yang bervariasi, tergantung dari negara atau wilayah tempat tumbuh. Latin, Prancis, Portugis, dan Jerman: aloe; Inggris:crocodiles tongues; Malaysia: Jadam; Cina: luhui; Spanyol: sa’villa; India: musabbar; Tibet:jelly leek; Indian: ailwa; Arab: sabbar; Indonesia: lidah buaya; dan Filipina: natau (Furnawanthi, 2002).
Tanaman lidah buaya diduga berasal dari kepulauan Canary di sebelah barat Afrika. Telah dikenal sebagai obat dan kosmetik sejak berabad-abad silam. Hal ini tercatat dalam Egyptian Book of Remedies. Di dalam buku itu dikisahkan pada zaman Cleopatra, lidah buaya dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetik dan pelembaban kulit. Pemakaiannya di bidang farmasi pertama kali dilakukan oleh orang-orang Samaria sekitar tahun 1750 SM (Furnawanthi, 2002).

Yohanes (2005) mengatakan bahwa menurut sejarahnya, lidah buaya di bawa ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17. Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat tradisional, dan bahan kecantikan. Budi daya komersial dan perluasan penggunaan untuk bahan baku produk minuman dimulai pada tahun 900-an, ditandai dengan dibukanya lahan lidah buaya di Kalimantan Barat tepatnya di kota Pontianak. Beberapa daerah lainnya seperti Palembang, Malang, dan Jawa Barat juga memiliki lahan perkebunan lidah buaya.

cara Ampuh menyembuhkan diabetes dengan Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah). Diabetes mellitus dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa organ tubuh, seperti mata, saraf dan ginjal serta berpotensi berkembangnya proses penyakit aterosklerosis yang akan berefek pada gangguan jantung, otak dan organ lain dalam tubuh (Indofamilyhealth, 2008).
Menurut Purwakarta (2006), pengobatan dengan cara herbal atau tradisional pada penyakit diabetes berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah, memperbaiki fungsi pankreas, membangun kembali sel dan jaringan pankreas yang rusak, meningkatkan efektivitas insulin serta menyembuhkan komplikasi diabetes mellitus. Salah satu herbal yang sesuai untuk diabetes, yaitu lidah buaya (aloe vera). Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM dan telah lama dijuluki sebagai medical plant (tanaman obat) atau master healing plant (tanaman penyembuh utama) yang menyerupai kaktus, daunnya runcing berbentuk taji, bagian dalamnya bening, bersifat getas dengan tepi bergerigi (Astawan, 2007).
 Tanaman lidah buaya sudah dikenal sejak ribuan tahun silam. Biasanya digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit. Selain itu, tanaman ini juga bermanfaat sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Disamping itu, juga sebagai bahan pembuatan makanan dan minuman kesehatan (Furnawanthi, 2002).
Lidah Buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS ( Kusnandar, 2002).
Tanaman lidah buaya ini diduga berasal dari kepulauan canary di sebelah barat afrika. Telah dikenal sebagai obat dan kosmetika sejak  berabat-abat silam (Furnawanthi, 2002). 

Sunday, 11 February 2018

Bahan Makalah Bayam Merah


Bayam cabut terdiri dari 2 jenis yakni bayam merah dan bayam hijau. Ciri bayam ini mempunyai daun kecil, dan memiliki warna hijau terang untuk bayam hijau dan warna merah gelap untuk bayam merah. Sedangkan bayam daun biasanya mempunyai ciri-ciri, memiliki daun yang lebar, warna daunnya cenderung hijau tua dan tumbuh berdiri tegak. Cara panennya cukup dengan dipotong daunnya.
Budidaya bayam efektif dilakukan hingga ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Di Indonesia terdapat dua jenis tanaman bayam (Amaranthus Spp.) yang biasa dibudidayakan para petani.
Bayam (Amaranthus spp. L) adalah sayuran daun yang konon berasal dari daratan Amerika. Sayuran ini banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman bayam diperbanyak melalui biji, pada umumnya biji bayam ditebar langsung tanpa disemai. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan. Karena tanaman bayam tidak memiliki syarat tumbuh tertentu dan bisa tumbuh dimanapun dengan berbagai macam kondisi dan jenis tanah. Bayam bisa ditanam sepanjang tahun (tidak mengenal musim) dan akan tumbuh baik pada ketinggian sampai 1000 mdpl. Dan yang lebih penting, tanaman bayam memerlukan sinar matahari secara penuh dengan pH tanah netral.

Persiapan Lahan untuk Budidaya Bayam

Pertama sekali lahan harus diolah dan digemburkan terlebih dahulu. Kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1 meter dan panjang sesuaikan dengan lahan. Tinggi bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, yang terpenting adalah tanaman tidak terendam saat musim hujan. Setelah selesai membuat bedengan kemudian taburkan pupuk dasar secara merata diatas bedengan. Gunakan pupuk kandang sebagai pupuk dasar dengan dosis 2 kg/10 m2. Bisa juga ditambah dengan pupuk kimia yaitu TSP, KCL dan ZA dengan perbandingan 1 : 1 : 1 dengan dosis 1 kg/10 m2. Setelah ditabur, kemudian pupuk diaduk rata dan permukaan bedengan diratakan. Biarkan selama 7 – 10 hari sebelum penanaman.
Pemeliharan dan Perawatan Budidaya Bayam Cabut
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan dalam budidaya bayam antara lain ;
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sehari dukali, pagi dan sore atau disesuaikan dengan kondisi. Yang penting tanah harus selalu lembab, terlebih sebelum benih berkecambah.
b. Penyiangan
Penyiangan adalah membersihkan areal tanaman dari rumput atau gulma. Cabut rumput yang tumbuh disekitar tanaman. Keberadaan rumput akan mengganggu pertumbuhan tanaman bayam.
c. Pemupukan Susulan

Agar tanaman bayam tumbuh dengan subur perlu diberikan pupuk susulan. Gunakan pupuk kandang yang dihaluskan (diayak) dan taburkan secara merata pada tanaman. Penaburan dilakukan pada sore hari ketika daun tanaman bayam dalam kondisi kering. Ini dimaksudkan agar pupuk jatuh ketanah dan tidak menempel pada daun tanaman. Boleh juga menggunakan pupuk urea, dengan cara melarutkan segenggam pupuk urea dengan 20 liter air kemudian disiramkan ketanaman. Lakukan setiap satu minggu sekali atau disesuaikan dengan kesuburan tanaman.

Bio Urine Sapi Sebagai Sumber Bahan Pupuk Organik

Urine sapi merupakan limbah peternakan yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair.  Urine memiliki kandungan N dan K yang tinggi dan terdapat cukup kandungan P untuk perkembangan tanaman.  Selain dapat bekerja dengan cepat, urine ternyata mengandung hormone tertentu yang dapat merangsang perkembangan tanaman.  Urine pada ternak sapi terdiri dari air 92%, nitrogen 1,00%, fosfor 0,2%, dan kalium 0,35% (Sutedjo, 2010).
Urine sapi yang difermentasi memiliki kadar nitrogen, fosfor, dan kalium lebih tinggi dibanding dengan sebelum difermentasi, sedangkan kadar C-organik pada urine sapi yang telah difermentasi menurun.  Rinekso, dkk (2014), juga menyatakan bahwa urine sapi yang difermentasi selama 15 memiliki kandungan N, P dan K yang lebih tinggi dibanding urine sapi yang difermentasi selama 3, 6, 9 dan 12 hari maupun urine sapi yang tidak difermentasi.  Menurut Hanafiah (2005), fosfor berfungsi dalam mempercepat perkembangan tanaman, sedangkan Kalium berfungsi meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekutan batang sehingga tanaman tidak mudah rebah dan terserang penyakit.
Pupuk organik cair urine sapi sebenarnya sudah banyak dan sering digunakan dalam bidang pertanian dengan tujuan meningkatkan produksi tanaman. Urine sapi telah digunakan sebagai pupuk organik contohnya pada tanaman jagung manis.  Penelitian Sukadana, dkk (2013), menunjukan bahwa tanaman jagung yang diberikan urine sapi dan pupuk organik, dapat menghasikan biji kering oven hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan urine dan pupuk organik.  Penelitian tersebut menunjukan bahwa tanaman jagung yang diberi perlakuan urine sapi memiliki hasil jagung manis yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk urine sapi.
Aplikasi urine sapi diawali dengan kalibrasi menggunakan air biasa untuk mengetahui volume air yang diperlukan dalam satu petak.   Selanjutnya melarutkan urine sapi sesuai kebutuhan air dengan konsentrasi 60 ml/ L air.  Larutan tersebut dimasukan kedalam sprayer dan disemprotkan merata pada tanaman dan tanah untuk satu petak tanam.  
Perlakuan 7 ml/ L air (pupuk cair urine sapi diaplikasikan pada 2, 4, 6 dan 8 MST)  memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis, sehingga pupuk ini direkomendasikan sebagai pupuk alternatif sumber nitrogen bagi tanaman (Sintia 2011).

Syarat Tumbuh Jagung Manis

2.2.Syarat Tumbuh
            Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut. Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.

Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran drainenase yang dibuat dinatar barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekittir 5,5 - 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, derigan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar, faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 - 27   (Effendi, 2004).

Tinjauan Pustaka Jagung Manis

Klasifikasi Tanaman Jagung
Jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dan spesies Zea mays saccharata sturt. Dalam Rukmana (2000), secara sistematik tanaman jagung diuraikan sebagai berikut.
Kingdom         : Plantae
Devisi              : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Graminae
Family              : Graminae
Genus              : Zea L.
Spesies            : Zea mays saccharata sturt.
Secara morfologi Rukmana (2000), menjelaskan bahwa tanaman manis termasuk jenis tumbuhan semusim.
a.       Akar
Akar tanaman jagung manis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung manis cukup banyak, sedangkan pada tanah yang kurang baik, akar yang tumbuh jumlahnya terbatas (Admaja,2006).

3
 


b.      Batang
Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat selendris, tidak berlubang, dann beruas-ruas sebanyak 8-20 ruas. Pertumbuhn batang tidak hanya memanjang, tapi juga terjadi pertumbuhan kesamping atau membesar, bahkan batang tanaman jagung manis dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar 3 cm sampai 4 cm. Fungsi batang yang berisi berkas-berkas pembululh adalah sebagai media pengangkut zat-zat makanan dari atas kebawah ataupun sebaliknya (Rukhmana, 2000).
c.       Daun
Daun tanaman jagung manis terdiri dari beberapa struktur yakni, tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang berfungsi untuk  membbungkus batng tanaman jagung, sedangkan lidah daun terletak diatas pangkal batang, serta telinga daun bentuknya seperti pita yang tipis dn memanjang. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 8-48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 12-18 helai, bergantung varietas dan umur tanaman (Admaja, 2006).
d.      Bunga
Bunga tanaman jagung manis bila dilihat  dari sifat penyerbukannya termasuk kedalam tanaman yang menyerbuk silang. Tanaman ini bersifat monoecious, dimana bung jantan dan betina terpisah pada bunga yang berbeda tapi masih dalam satu individu tanaman. (Admaja, 2006) Bunga jantan jagung berinduk malai, terdiri atas kumpulan bunga-bunga tunggal dan terletak pada ujung batang. Masing-masing bunga jantan mempunyai tiga stamen dan satu pistil rudimenter. Bunga betina keluar dari buku-buku berupa tongkol, tangkai putik pada bung betina menyrupai rambut yang bercabang-cabang kecil. Bagian atas putik keluar dari tongkol untuk menangkap serbuk sari. Bunga betina memiliki pistil tunggal dan stamen rudimenter (Rukhmana, 2000).

e.       Biji

Biji jagung atau buah jagung terletak pada tongkol yang tersusun. Kemudin pada tongkol tersebut tersimpan biji-biji jagung yng menempel erat, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus buah jagung. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan bervariasi. Biji jagung manis yang masih muda mempunyai ciri bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi kriput dan berkerut. Tanaman jagung manis mempunyai daun yang cukup banyak, tinggi sedang, dengan warna biji kuning atau putih, bahwa jagung manis hampir mirip dengan jagung normal, hanya telah kehilangan kemampuan untuk menghasilkan pati dengan sempurna atau dengan kata lain tidak dapat mensintensis pati dengan efesien (Admaja, 2006).