BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Jagung merupakan komoditas penting
dalam industri pangan, kimia maupun industri manufaktur. Di Indonesia
jagung juga merupakan makanan pokok utama yang memiliki kedudukan penting
setelah beras. Usaha pengembangan jagung nasional harus didukung oleh
industri pascapanen sehingga mampu menciptakan keuntungan yang sebenarnya
secara bisnis. Salah satunya adalah dengan membuat produk olahan berbasis
jagung yang mempunyai umur simpan yang lama.
Kegiatan pascapanen merupakan bagian
integral dari pengembangan agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan
mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat
penting, karena merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang mempunyai
peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis.
Dibanding dengan produk segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang
sangat besar. Daya saing komoditas Indonesia masih lemah, karena selama ini
hanya mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan
tenaga kerja tak terdidik, sehingga produk yang dihasilkan didominasi oleh
produk primer.
Pemanfaatan teknologi pengolahan
jagung berpeluang meningkatkan nilai komoditas jagung tidak hanya sebagai
sumber pakan tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang bernilai
ekonomi seperti pop-corn, tepung jagung, pati jagung dan minyak jagung.
Pascapanen jagung selama ini masih dkerjakan secara tradisional. Dengan
teknologi yang ada (existing technology), maka diperlukan investasi teknologi
baik untuk pengolahan jagung di sektor hulu maupun hilir. Untuk pengembangan
industri pati jagung, dibutuhkan investasi mencapai Rp 80-160 miliar.
Keberhasilan pengembangan jagung kini tidak hanya
ditentukan oleh tingginya produktivitas saja, namun juga melibatkan kualitas
dari produk itu sendiri. Agar komoditas tersebut mampu bersaing dan memiliki
keunggulan kompetitif. Agar dihasilkan mutu jagung yang baik maka tehnik pasca
panennya pun harus lebih diperhatikan dan ditangani lebih baik.
Pemanenan juga merupakan salah satu factor yang
penting dalam produksi jagung. Waktu panen dan metode panen harus
dilaksanakan sedemikian sehingga viabilitas biji tidak dipengaruhi
negative. Selain itu penangkar biji harus menjamin bebasnya biji yang dipanen
dari campuran benda-benda yang tidak dikehendaki. Sehubungan dengan hal
ini maka produsen biji harus melakukan persiapan-persiapan seperlunya.
Waktu panen harus
disesuaikan agar biji jagung benar-benar masak. Di tingkat petani, umumnya
panen dilakukan berdasarkan penampakan tanaman dan umur tanaman.
Pemanenan yang didasarkan pada penampakan dan umur tanaman tersebut sangat
dipengaruhi oleh kondisi agroklimat dimana biji ditanam seperti suhu,
kelembaban nisbi dan radiasi matahari. Suhu berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan diferensiasi perbungaan
(inflorescense), mekar bunga, perkecambahan serbuk sari, pembentukan biji,
kekerasan biji (hard seededness) dan periode pemasakan. Pengaruh kelembaban
nisbi berinteraksi dengan pengaruh suhu terhadap perkecambahan serbuk
sari. Sedang radiasi matahari berhubungan dengan laju pertumbuhan
tanaman, dan fotosintesis sehingga saat panen untuk produksi biji yang paling
baik adalah jika dilakukan pada saat biji masak fisiologis
Penentuan Saat Panen
Ada dua istilah yang biasa digunakan untuk
menentukan saat panen yang optimal, yaitu masak dan matang. Dalam
penggunaannya, pengertian dua istilah tersebut sering dipertukarkan.
Untuk menghindarkan salah pengertian maka perlu di jelaskan sebagai berikut :
1.
Biji jagung disebut masak (mature) apabila berat kering (dry matter)
individu butiran jagung tersebut telah mencapai maksimum.
2. Biji jagung tersebut matang (ripe) apabila kadar air
individu butiran tersebut sudah mengalami penurunan dan mendekati air
keseimbangan dengan kelembaban udara sekitarnya
1.2.RUMUSAN
MASALAH
Yang menjadi pemasalahan disini
ialah segala hal yang dapat menyebabkan masalah dalam pembuatan makalah ini
yaitu :
1. Bagaimana cirri-ciri jagung yang siap panen ?
2. Bagaimana proses penanganan pasca panen yang baik ?
3. Tahapan-tahapan apa saja yang ada dalam penanganan
pasca panen jagung ?
4. Bagaimana bentuk dan standar jagung yang bagus
untuk dipasarkan ?
1.3.MAMFAAT
1. Mengetahui bagaimana ciri-ciri jagung yang siap
panen ?
2. Mengetahui Bagaimana proses penanganan pasca panen
yang baik ?
3. Mengetahui Tahapan-tahapan apa saja yang ada dalam
penanganan pasca panen jagung ?
4. Mengetahui Bagaimana bentuk dan standar jagung yang
bagus untuk dipasarkan ?
BAB II
ISI
2.1. Ciri-ciri
dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan pada saat jagung
telah mencapai masak fisiologis yaitu berkisar 100 hari setelah tanam
tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Pada umur demikian biasanya daun
jagung/klobot telah kering dan berwarna kekuning-kuningan.
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk sayur (jagung muda,
baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru
mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu.
Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak
terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok
(beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen
jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot
telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman
pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit
dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
2.2. Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah
dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan
mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila
menggunakan alat mesin pemetikan
2.3. Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang
kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung
menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil
dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21
hari setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung
rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4
minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur
panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
2.4. Proses Pasca Panen Jagung
Penanganan pasca panen jagung di antaranya meliputi :
a. Pemipilan dengan tangan
b. Pemipilan dengan mesin
c.
Penjemuran jagung setelah dipipil
d. Proses sortasi dan grading
e. Penyimpanan jagung pipilan yang sudah disortir
f. Pengiriman Jagung pipilan untuk di ekspor
g. Pengolahan jagung
Penanganan pasca panen secara garis
besar dapat meningkatkan daya gunanya sehingga lebih bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mempertahankan
kesegaran atau mengawetkannya dalam bentuk asli maupun olahan sehingga dapat tersedia
sepanjang waktu sampai ke tangan konsumen dalam kondisi yang dikehendaki
konsumen. Persyaratan mutu jagung untuk perdaganagn menurut SNI dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.
Persyaratan kualitatif meliputi :
a. Produk harus terbebas dari hama dan penyakit
b. Produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia
lainnya (berupa asam)
c. Produk harus terbebas dari bahan dan sisa-sisa
pupuk maupun pestisida
d. Memiliki suhu normal
Sedangkan persyaratan kuantitatif dapat dilihat pada
Tabel 1.
No.
|
Komponen Utama
|
Persyaratan Mutu (% maks)
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
1.
|
Kadar Air
|
14
|
14
|
15
|
17
|
2.
|
Butir Rusak
|
2
|
4
|
6
|
8
|
3.
|
Butir Warna Lain
|
1
|
3
|
7
|
10
|
4.
|
Butir Pecah
|
1
|
4
|
3
|
5
|
5.
|
Kotoran
|
1
|
1
|
2
|
2
|
Tabel 1.Mutu Jagung
Pengendalian mutu merupakan usaha
mempertahankan mutu selama proses produksi sampai produk berada di tangan
konsumen pada batas yang dapat diterima dengan biaya seminimal mungkin.
Pengendalian mutu jagung pada saat pasca panen dilakukan mulai pemanenan, pengeringan
awal, pemipilan, pengeringan akhir, pengemasan dan penyimpanan.
2.5. Pengolahan Hasil Tanaman Jagung
Pengolahan hasil tanaman jagung dimaksudkan
untuk memperpanjang masa simpan jagung, meningkatkan nilai estetika jagung,
meningkatkan keanekaragaman
makanan dengan bahan dasar jagung,
meningkatkan nilai jual, dan daya saing olahan jagung.
Grading dan sortasi jagung merupakan
langkah pertama yang sangat penting dalam pengolahan jagung karena berpengaruh
terhadap kualitas hasil akhir produk. Grading dan sortasi di tingkat petani
umumnya dilakukan secara manual.
Nilai ekonomis tanaman jagung
terutama diperoleh dari tongkol jagung dan biji pipilan jagung. Tongkol jagung
(masak susu) dapat diolah menjadi berbagai produk masakan, sedangkan tongkol
jagung (masak penuh), antara lain dapat diolah menjadi jagung giling dan tepung
jagung. Beberapa contoh hasil olahan jagung, sebagai berikut: mie jagung,
bihun jagung, pati jagung, minyak jagung, pakan ternak dan lain-lain.
1. Pengupasan
Setelah jagung dipanen, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit atau
pengopekan kulit jagung. Pengopekan kulit jagung dilakukan berdasarkan tujuan
penggunaan jagung. Ada berbagai cara pengopekan jagung.
Pengopekan jagung semi (baby corn) dilakukan sampai
jagung kelihatan, kulit muda pada pangkal tongkol jagung ditinggalkan
sepanjang 5 – 7 cm. Rambut-rambut jagung dibersihkan. Sedangkan jagung
yang akan digunakan untuk jagung sayur biasanya tidak dikopek atau
sebaliknya dikopek sampai bersih. Demikian juga jagung yang akan dikonsumsi
untuk jagung rebus. Berbeda dengan jagung yang akan digunakan sebagai biji
kering jagung, biasanya jagung dikopek dan dibuang rambutnya sampai bersih
kemudian dijemur. Tetapi ada juga jagung yang dikopek hanya dengan mengupas
kulitnya kemudian ditarik sampai ke pangkal tongkol sehingga bijinya kelihatan,
tanpa harus membuang kulitnya. Kulit jagung ini digunakan untuk mengikat jagung
satu dengan lainnya.
Tujuan pengopekan jagung adalah untuk menurunkan kadar
air dan kelembaban sekitar biji. Kelembaban pada biji jagung akan menyebabkan
kerusakan biji dan tumbuhnya cendawan. Selain itu pengopekan kulit jagung dapat
memudahkan dan memperingan pengangkutan selama proses pengeringan (Purwono dan
Hartono, 2002)
2. Pengeringan
a. Pengeringan alami
Pengeringan alami merupakan
pengeringan yang dilakukan dengan bantuan sinar matahari (penjemuran). Cara
pengeringan ini cukup mudah dan biayanya murah. Namun, kendalanya adalah jika
cuaca tidak memungkinkan maka proses pengeringan akan berlangsung tidak
sempurna dan memerlukan waktu lama. Pengeringan pada musim hujan memakan waktu
7-14 hari dan pada musim kemarau antara 3-7 hari. Agar diperoleh hasil
pengeringan yang baik, sebaiknya disediakan areal pengeringan yang cukup luas.
Hal ini dikarenakan jagung yang akan dikekringkan tidak boleh ditumpuk. Teknis
penjemuran dapat dilakukan pada lantai jemur, alas anyaman bambu, tikar, atau
dengan cara digantung untuk tongkol yang masih ada kelobotnya. Pengeringan di
lantai jemur sering menghasilkan biji retak. Selain dengan cara dijemur di
panas matahari, ada sebagian petani yang melakukan pengeringan denga cara
diasap. Cara pengeringan ini biasanya dilakukan di para-para diatas dapur.
Untuk mengeringkan jagung dalam jumlah banyak, cara pengeringan ini kurang
efektif diterapkan, kecuali kalau sumber asapnya dibuat khusus seperti dari
pembakaran sekam, tongkol jagung, kayu, atau bahan yang lain. Pengeringan
tongkol jagung dilakukan hingga kadar air mencapai 17-20%. Pada kadar air ini,
jagung mudah dipipil tanpa menimbulkan banyak kerusakan.
b. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan adalah pengeringan yang
dilakukan dengan bantuan alat mekanis. Penerapan cara ini untuk mengantisipasi
kalau terjadi hari hujan terus menerus. Beberapa jenis alat pengering yang biasa
digunakan adalah omprongan, alat pengering dengan aerasi, dan alat pengering
tipe continuous.
3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan
tongkol jagung yang berukuran besar dengan yang kecil, berbiji rapat dengan
jarang atau rusak, berwarna seragam putih atau kuning dengan yang tidak
seragam, serta sudah masak dengan belum masak. Untuk memisahkan biji yang
berukuran besar dan kecil dapat dilakukan setelah pemipilan.
4. Pemipilan
Salah satu kegiatan yang kritis dalam
penanganan pascapanen di tingkat petani adalah pemipilan karena kehilangan
hasil pada tahap ini dapat mencapai 4%. Pemipilan merupakan kegiatan melepaskan
biji dari tongkol, memisahkan tongkol, dan memisahkan kotoran dari jagung
pipilan. Tujuannya adalah untuk menghindarkan kerusakan, menekan kehilangan,
memudahkan pengangkutan, dan memudahkan pengolahan selanjutnya. Oleh karenanya,
sebaiknya pemipilan dilakukan pada saat yang tepat, yaitu saat kadar air jagung
berkisar 17-20%. Penjemuran dalam bentuk pipilan memakan waktu 2-4 hari pada
musim hujan dan 1-2 hari pada musim kemarau.
Pemipilan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
tradisional dan bantuan alat.
a. Pemipilan secara tradisional
Petani di pedesaan masih banyak memipil jagung secara
tradisional, yaitu dengan menggunakan tangan. Dengan cara ini, kapasitas
pipilnya hanya sekitar 10-2- kg/jam. Meskipun kapasitasnya kecil, namun cara
pemipilan ini cukup efektif dalam memisahkan tongkol dengan kotoran lain.
Selain itu, kerusakan yang ditimbulkan relative kecil. Selain dengan tangan,
pemipilan tradisional yang lain adalah pemukulan jagung pada karung dengan
tongkat. Kapasitas pipilan jagung pada cara ini dapat ditingkatkan, tetapi
kerusakan mekanis yang ditimbulkan lebih besar. Kerugian lainnya adalah biji
yang hilangpun meningkat karena banyak yang tertinggal pada tongkol.
b. Pemipilan dengan alat.
Pemipilan jagung dengan bantuan alat dapat dilakukan
baik dengan alat sederhana maupun bermesin. Pemipilan dengan alat bermesin
umumnya dilakukan petani dengan cara menyewa mesin pemipil jagung yang
dioperasikan di lahan penanaman atau dirumah-rumah petani. Kapasitas pemipilan
cara ini mencapai 1-2 ton/jam. Berbagai tipe alat pemipil yang tersedia di
pasaran diantaranya Kikian, Pemipil tipe Sulawesi Utara, Pemipil Sederhana tipe
silinder, pemipil tipe mungil, pemipil tipe ban, dll.
5. Pembersihan
Setelah jagung dipipil, terutama jagung yang dipipil dengan mesin atau alat
pemipil perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran. Kotoran-kotoran yang tercampur
dengan jagung pipil misalnya tanah, potongan janggel, biji yang pecah,
biji yang lapuk, dan batu. Pembersihan jagung pipilan dari kotoran dapat
dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat. Pembersihan jagung
pipilan secara manual dilakukan dengan menampi atau mengaduk-aduk biji jagung
dan menyapunya dengan sapu lidi. Pembersihan jagung pipil dengan menggunakan
alat berupa ayakan atau saringan. Pembersihan jagung pipil dengan
menggunakan ayakan atau saringan ini selain membersihkan juga dapat
sekaligus untuk sortasi (Wijandi, 2003).
6. Pengemasan Jagung
Pengemasan dengan karung harus
mempunyai persyaratan bersih dan mulutnya dijahit mulutnya, berat netto
maksimum 75 kg dan tahan mengalami handling baik waktu pemuatan maupun
pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah)
ditulis dengan bahan aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain :
a. Produce of Indonesia
b. Daerah asal produksi
c. Nama dan mutu barang
d. Nama perusahaan/ pengekspor
e. Berat bruto
f. Nomor karung
g. Tujuan
Ada beberapa tujuan pengemasan jagung, yaitu agar jagung bersih dari kotoran,
mengurangi serangan jamur dan hama (Purwono dan Hartono, 2002).
Pengemasan jagung disesuaikan dengan tujuan pasar
jagung. Umumnya, kemasan yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50
kg, sedangkan eceran seberat 1-5 kg. Adapun kemasan jagung untuk dipasarkan di
supermarket umumnya menggunakan plastik wrapping seberat 1kg yang berisi sekitar
6 buah tongkol jagung (Purwono dan Hartono, 2002).
Pengangkutan Jagung
Setelah jagung dipanen dari tempat tanam, jagung diangkut ke tempat tertentu
untuk mendapatkan penanganan. Biasanya jagung diangkut masih dengan kulitnya
atau diangkut dalam bentuk jagung yang sudah kering. Pengangkutan jagung harus
dilakukan dengan hati-hati agar jagung tdak banyak mengalami kerusakan. Agar
jagung tidak mengalami kerusakan selama dalam pengangkutan, jagung perlu
dikemas dengan karung atau dengan keranjang. Kemasan jagung untuk pengangkutan
sebaiknya diatur yang rapi agar daya tampung dalam kendaraan semaksimal
mungkin.
2.6. Standar Produksi Jagung
Standar produksi tanaman jagung
meliputi; satandar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan, pengemasan dan rekomendasi.
Diskripsi Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01-03920-1995).
Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi:
Jagung kuning : bila sekurang-kurangnya 90% warnanya
bijinya berwarna kuning
Jagung putih : bila sekurang-kurangnya 90% warnanya
bijinya berwarna putih
Jagung campuran : bila warna bijinya tidak memenuhi
syarat klasifikasi warna jagung kuning ataupun jagung putih.
Dalam perdagangan internasional,
komoditi jagung kering dibagi dalam 2 nomor, yaitu HS dan SITC. Sedangkan
berdasarkan penggunaannnya jagung kering dibedakan menjadi jagung benih dan
jagung non-benih.
BAB III
KESIMPULAN
Jagung merupakan komoditas penting
dalam industri pangan, kimia maupun industri manufaktur. Di Indonesia
jagung juga merupakan makanan pokok utama yang memiliki kedudukan penting
setelah beras. Usaha pengembangan jagung nasional harus didukung oleh
industri pascapanen sehingga mampu menciptakan keuntungan yang sebenarnya
secara bisnis. Salah satunya adalah dengan membuat produk olahan berbasis
jagung yang mempunyai umur simpan yang lama.
Pemanfaatan teknologi pengolahan
jagung berpeluang meningkatkan nilai komoditas jagung tidak hanya sebagai
sumber pakan tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang bernilai
ekonomi seperti pop-corn, tepung jagung, pati jagung dan minyak jagung.
Pascapanen jagung selama ini masih dkerjakan secara tradisional. Dengan
teknologi yang ada (existing technology), maka diperlukan investasi teknologi
baik untuk pengolahan jagung di sektor hulu maupun hilir. Untuk pengembangan
industri pati jagung, dibutuhkan investasi mencapai Rp 80-160 miliar.
Keberhasilan pengembangan jagung kini tidak hanya
ditentukan oleh tingginya produktivitas saja, namun juga melibatkan kualitas
dari produk itu sendiri. Agar komoditas tersebut mampu bersaing dan memiliki
keunggulan kompetitif. Agar dihasilkan mutu jagung yang baik maka tehnik pasca
panennya pun harus lebih diperhatikan dan ditangani lebih baik.
Penentuan Saat Panen
Ada dua istilah yang biasa digunakan untuk
menentukan saat panen yang optimal, yaitu masak dan matang. Dalam
penggunaannya, pengertian dua istilah tersebut sering dipertukarkan.
Untuk menghindarkan salah pengertian maka perlu di jelaskan sebagai berikut :
1.
Biji jagung disebut masak (mature) apabila berat kering (dry matter)
individu butiran jagung tersebut telah mencapai maksimum.
2. Biji jagung tersebut matang (ripe) apabila kadar air
individu butiran tersebut sudah mengalami penurunan dan mendekati air
keseimbangan dengan kelembaban udara sekitarnya
Ciri jagung yang siap
dipanen adalah:
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Cara panen jagung yang matang
fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat
dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata
sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
Pemetikan jagung pada waktu yang
kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung
menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil
dengan alat.
Penanganan pasca panen jagung di antaranya meliputi :
a. Pemipilan dengan tangan
b. Pemipilan dengan mesin
c. Penjemuran jagung setelah dipipil
d. Proses sortasi dan grading
e. Penyimpanan jagung pipilan yang sudah disortir
f. Pengiriman Jagung pipilan untuk di ekspor
g. Pengolahan jagung
Standar produksi tanaman jagung
meliputi; satandar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan, pengemasan dan rekomendasi.
Diskripsi Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01-03920-1995).
Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi:
Jagung kuning : bila sekurang-kurangnya 90% warnanya
bijinya berwarna kuning
Jagung putih : bila sekurang-kurangnya 90% warnanya
bijinya berwarna putih
Jagung campuran : bila warna bijinya tidak memenuhi
syarat klasifikasi warna jagung kuning ataupun jagung putih.
Dalam perdagangan internasional,
komoditi jagung kering dibagi dalam 2 nomor, yaitu HS dan SITC. Sedangkan
berdasarkan penggunaannnya jagung kering dibedakan menjadi jagung benih dan
jagung non-benih.