Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang
Kacang
panjang adalah salah satu jenis sayuran yang sudah sangat populer di kalangan
masyarakat Indonesia maupun dunia. Masyarakat dunia menyebutnya dengan nama
Yardlong Beans/Cow Peas. Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari
India dan Cina. Adapun yang menduga berasal dari kawasan Afrika. Plasma nutfah
kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya india,
sedangkan plasma nutfah kacang tunggak (Vigna unguculata) merupakan asli dari
Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe merambat berasal dari
daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan Ethiopia.
Kacang panjang merupakan salah satu
tanaman sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral. Fungsinya sebagai pengatur metabolisme
tubuh, meningkatkan kecerdasan dan ketahanan tubuh memperlancar proses
pencernaan karena kandungan seratnya yang tinggi.
Kacang panjang dapat dibedakan menjadi
2 kelompok yaitu kelompok merambat dan tidak merambat. Kelompok kacang panjang
yang banyak dibudidayakan adalah jenis kacang panjang yang merambat, cirinya
tanaman membelit pada ajir dan buahnya panjang ± 40-70 cm berwarna hijau atau
putih kehijauan (Efendi,
2013). Kacang panjang mengandung zat gizi yang cukup lengkap yaitu mengandung
kalori 50 kkal, protein 3,40 g, lemak 0,40 g, karbohidrat 8,50 mg, kalsium 106
mg, fosfor 63 mg, besi 1,40 mh, Vitamin A 295 mg (Cahyono, 2003).
Pengaturan jarak tanam dengan
kepadatan tertentu bertujuan memberi ruang tumbuh pada tiap-tiap tanaman agar
tumbuh dengan baik. Jarak tanam akan mempengaruhi kepadatan dan efisiensi
penggunaan cahaya, persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan unsur
hara sehingga akan mempengaruhi produksi tanaman. Pada kerapatan rendah,
tanaman kurang berkompetisi dengan tanaman lain, sehingga penampilan individu
tanaman lebih baik. Sebaliknya padakerapatan tinggi, tingkat kompetisi diantara
tanaman terhadap cahaya, air dan unsur hara semakin ketat sehingga tanaman
dapat terhambat pertumbuhannya (Hidayat, 2008).
Secara fisiologis jarak tanam
akan menyangkut ruang dan tempat tanaman hidup dan berkembang. Maka, bila jika
jarak tanam terlalu sempit akan terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara,
air, sinar matahari, dan tempat untuk berkembang. Jarak tanam tidak hanya dipengaruhi
oleh habitus tanaman dan luasnya perakaran, tetapi juga oleh faktor-faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi turunnya produktivitas tanaman yang mendapatkan
kerugian bagi petani (Susanto, 1994).
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home