Sunday 29 October 2017

Pelaksanaan Magang di BPTP Bener Meriah

BAB III
PELAKSANAAN MAGANG
3.1.      Bentuk Kegiatan Magang.
Dalam kegiatan magang yang di tempatkan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Kebun Percobaan (KP) Gayo Desa Pondok Gajah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah adalah praktik pembibitan kopi mulai dari proses pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pasca panen sampai proses pemasaran yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Gayo dan di Koperasi Gayo Mandiri, juga melakukan penelitian tentang teknik pemanenan dan penanganan pasca panen kopi arabika gayo.
Selain itu ikut juga berpartisipasi dalam proses kerja dan seluruh kegiatan yang ada di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Kebun Percobaan (KP) Gayo. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penelitian lapangan, sedangakan data sekunder diperoleh dari wawancara dengan pembimbing lapangan.

3.2.      Prosedur kerja.
          Adapun prosedur kerja yang dipakai dalam teknik pemanenan dan penanganan pasca panen kopi arabika gayo adalah sebagai berikut:
1.       Membersihkan Lahan Dikebun Percobaan Gayo.
          Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman kopi yang sudah tua sehingga  tidak berproduksi dan semak belukar agar lebih mudah melakukan pekerjaan selanjutnya penanaman kopi varietas gayo 1 sebagai pengganti kopi sebelumnya yang sudah tidak berproduksi .  Pembersihan lahan tidak dibenarkan dengan cara pembakaran karena  akan menurunkan kesuburan tanah dan merusak lingkungan.
2.       Pembuatan Teras.
          Pembuatan teras menurut kontur (sabuk gunung)  merupakan salah satu kegiatan konservasi tanah dan air untuk menekan atau mencegah erosi. Tujuan pembuatan teras adalah;
1.    Memperkecil kemiringan lereng hingga nol untuk memperkecil kecepatan aliran air permukaan dan pengangkutan tanah, sebaliknya memperbesar peluang peresapan  (infiltrasi) air hujan ke dalam tanah dan pengendapan partikel tanah.
2.    Memperpendek panjang lereng untuk memperkecil kekuatan aliran dan mencegah akumulasi air hujan dipermukaan, sehingga aliran air dipermukaan terkendali, dan erosi terkendali.
3.    Mempermudah pengelolaan tanah dan tanaman.
          Ada beberapa cara pembuatan teras, yaitu teras bangku, teras individu dan atau pembuatan teras secara alami dengan cara menanam tanaman penguat teras mengikuti sabuk gunung  (kontur).  Tanaman yang sering digunakan sebagai penguat teras adalah rumput wangi, lamtoro, rumput hijauan makanan ternak.  Macam teras yang dibuat disesuaikan dengan solum (jeluk) tanah, kemiringan dan kepekaan erosi.
a.     Teras Bangku: cocok  untuk tanah yang tidak mudah longsor, solumnya dalam dan lapisan tanah bawah tidak mengandung unsur yang dapat meracuni tanaman.
b.    Teras Individu: dibuat pada tanah-tanah yang relatif miring.
Cara Membuat Teras
Ø    Teras Bangku: Caranya dengan memotong lereng dan meratakan tanah pada dasar teras, sehingga membentuk susunan teras seperti tangga atau bangku.
Ø    Teras Individu: Caranya  meratakan tanah disekitar pokok tanaman dengan garis tengah 1-1,5 meter.
          Pada lahan miring (slope), memang sebaiknya dibuat teras, apakah teras bangku atau teras individu, atau paling kurang dibuat rorak (lubang angin).  Pembuatan rorak bertujuan, antara lain;
·    Pengendali erosi
·    Penampung air
·    Tempat penyimpan bahan organik, dan
·    Memperbaiki aerasi tanah.
3.       Pengajiran dan Jarak Tanam.
          Pengajiran dan jarak tanam harus disesuaikan  dengan  tipe perawakan kopi yang akan ditanam serta  kemiringan lahan.  Varietas yang memiliki tipe perawakan tinggi dengan diameter tajuk lebar  seperti Gayo 1 dan Gayo 2 ditata dengan jarak tanam yang lebih lebar dari varietas tipe kate yang  memiliki tajuk yang lebih kecil, misalnya varietas P-88.
          Penanaman pada lahan miring, jarak tanam diatur di  dalam teras dengan jarak tanam 2,5 m x 2,75 m untuk varietas berperawakan tinggi dan 2,0 m x 2,5 m untuk kopi tipe kate, sedangkan pada lahan rata  dapat ditata secara teratur dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m untuk varietas berperawakan tinggi dan 2,0 m  x 2,0 m untuk varietas yang berperawakan kate.  Namun demikian jarak tanam kopi juga sangat ditentukan oleh kesuburan tanah, semakin subur jarak tanam yang digunakan harus lebih lebar dari ukuran standar dengan maksud agar tidak menyulitkan dalam perawatan nantinya.
4.       Penanaman Pohon Pelindung.
      Tanaman kopi termasuk tanaman yang tidak menghendaki penyinaran matahari secara langsung, oleh karena itu didalam membudidayakan tanaman kopi pohon pelindung juga perlu mendapat perhatian.  Tanaman pelindung berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya, mengurangi fluktuasi temperatur siang dan malam dan sebagai sumber bahan organik, oleh karena itu dianjurkan menggunakan  pohon pelindung dari jenis leguminosa yang dapat memfiksasi Nitrogen (N) dari udara, misalnya lamtoro (Leucaena sp).
          Di dalam budidaya tanaman kopi, pohon pelindung harus sudah ditanam setahun sebelum penanaman kopi dengan maksud saat penanaman kopi pohon pelindung sudah berfungsi, bahkan sangat dianjurkan menggunakan pelindung sementara, seperti Clotalaria sp, Teprosia sp dan  Moghania macropyla, jika naungan tetap belum berfungsi optimal.
Pada awal penanaman,  dianjurkan agar menanam naungan tetap  lebih rapat, kemudian dilakukan penjarangan sesuai kebutuhan tanaman kopi.  Sebagai pedoman umum, jika pohon pelindung sudah berfungsi dengan baik,  populasi pohon pelindung adalah 1 : 4, artinya 1 pohon pelindung untuk 4 tanaman kopi.  Misalkan jarak tanam kopi  yang digunakan 2,5 m x 2,5 m  (populasi 1600 batang/ ha) maka tanaman pelindung ditanam dengan jara 5 m x 5 m (populasi pohon pelindung 400 batang/ ha).
5.       Bahan Tanam.

          Varietas kopi arabika di dataran tinggi Gayo relatif banyak, seperti Bergendal, Sidikalang, Rambung, Lini-S (jember), USDA, Catimor Jaluk (Ateng Jaluk), Ateng Super, BP 542, C-50, Gayo 1, Gayo 2, P-88 dan lain-lain, akan tetapi yang direkomendasikan oleh Pemerintah Daerah hanyalah yang disebutkan terakhir, yaitu Gayo 1, Gayo 2 dan P-88 (Retno Hulupi, dkk, 2010)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home