Laporan Magang Pasca Panen Kopi Arabika Gayo 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Dalam sejarah
perkembangan perkebunan di Indonesia, kopi merupakan salah satu tanaman eksotik
yang paling tua. Tanaman kopi yang masuk ke Indonesia secara berurutan adalah kopi arabika, kopi liberika
dan kopi robusta. Kopi arabika (Coffea arabika. L) masuk ke Indonesia
dibawa oleh bangsa Belanda pada abad ke 17. Pada tahun 1616, seorang warga
negara Belanda bernama Willem van Outshoorn membawa kopi arabika ke Indonesia
melalui Malabar India. Akan tetapi hasil penanaman tersebut gagal karena
terkena banjir. Pada tahun 1699-1878, Hendrik Zwaaderkroon mengimpor kopi
arabika untuk ditanam didaerah Jakarta (dahulu Batavia) dan kemudian menyebar ke berbagai tempat di
Indonesia.
Pada tahun
1878 -1900, tanaman kopi arabika terkena serangan penyakit karat daun (Hemeleia
vastatrix. B et Br), sehingga didatangkan kopi jenis liberika dari Liberia yang
diharapkan lebih tahan terhadap serangan penyakit karat daun. Pada kenyataannya
kopi liberika juga rentan terhadap serangan penyakit karat daun. Setelah upaya
tersebut gagal, pada tahun 1900-1959 didatangkan kopi robusta yang berasal dari
Congo Belgia (sekarang Zaire) untuk ditanam di daerah Malang, Jawa timur
(Mawardi,2000).
Dalam perjalanan yang panjang,
sampailah kopi arabika di dataran tinggi Gayo pada tahun 1908 (John
R. Bowen, 1990). Dalam tulisan
lainnya, menyebutkan masuknya kopi
arabika ke dataran tinggi Gayo sekitar
tahun 1924 yang dibawa oleh orang Belanda, yaitu setelah selesainya pembangunan
jalan Bireuen - Takengon pada tahun
1913. Kopi Arabika pertama sekali
ditanami di kawasan Desa Paya Tumpi, selanjutnya menyebar ke daerah Blang Gele,
Burni Bius, Rediness, Bergendal dan Bandar Lampahan, akan tetapi
pembudidayaannya masih terbatas dikalangan orang-orang Belanda saja dan sedikit
oleh bangsawan lokal. Budidaya secara luas baru mulai pada awal kemerdekaan
Republik Indonesia, yaitu pada tahun
1945 (Renes, 1989).
Sejak saat
itu kopi telah menjadi komoditas primadona yang menjadi andalan sumber
pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah di dataran tinggi Gayo, bahkan saat
ini sudah sangat dikenal di manca negara karena ke khasan (keunikan) cita
rasanya dan sebagian digolongkan kedalam
Coffee Specialty. Kopi baru dapat
digolongkan specialty, apabila memenuhi beberapa persyaratan, yakni lokasi penanaman di atas
1400 m dpl, varietas yang ditanaman adalah varietas anjuran dan pengolahan yang
memenuhi standar teknis (pengolahan basah).
Hingga saat
ini luas areal kopi di dataran tinggi Gayo adalah 96.316.04 Ha, dengan perincian 48.000 Ha berada dalam
wilayah Kabupaten Aceh Tengah, 45.316.04 Ha
berada dikawasan Kabupaten Bener Meriah dan sisanya seluas 3.000 Ha di
Kabupaten Gayo Lues. Dari total luasan tersebut sekitar 85 % terdiri dari jenis
arabika dan sisanya 15 % jenis robusta.
Menurut data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah
dan Bener Meriah, produktivitas rata-rata berkisar antara 600-800 kg/ha/tahun. Kopi
dari kawasan ini dikenal dipasaran domestik, nasional dan internasional dengan kopi gayo yang mempunyai mutu sangat baik, sehingga mendapatkan harga yang
premium.
Pemanenan
merupakan hal penentu kualitas kopi selanjutnya, buah kopi yang di petik adalah
yang merahnya saja. Hindari Kebiasaan yang Salah Memetik buah yang muda dan kuning. Kematangan buah
kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen zat gula di dalam daging
buah. Buah kopi yang masak mempunyai daging lembut dan berlendir serta
mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga terasa manis. Sebaliknya
daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan tidak terasa manis karena
senyawa gula belum terbentuk maksimal. Begitu juga kandungan lendir pada buah
kopi yang terlalu masak cenderung berkurang karena bagian ssenyawa gula dan
pektin sudah terurai secara alami akibat proses pemasakan atau penuaan buah. Lakukan
hal yang penting sebelum awal panen dengan memetik semua buah yang terserang
hama dan penyakit pada biasanya pada bulan Agustus dan September (Armiyadi,
2012).
Pasca Panen Kopi
adalah suatu kegiatan meliputi pengumpulan buah kopi yang sudah dipanen,
penyortiran, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan standardisasi
transportasi hasil produksi tanaman kopi (Armiyadi, 2012).
Berdasarkan data
diatas pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Kebun Percobaan
(KP) Gayo yang menjadi alasan penulis memilih judul Teknik Pemanenan dan
Penanganan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Aceh Kebun Percobaan (KP) Gayo Desa Pondok Gajah Kecamatan
Bandar Kabupaten Bener Meriah. Merupakan mayoritas budidayanya komoditi tanaman
kopi arabika gayo, maka penulis sangat tertarik untuk menganalisa lebih lanjut
mengenai teknik pemanenan dan penanganan pasca panen kopi arabika gayo.
1.2. Ruang Lingkup Magang.
Kuliah kerja profesi ini
dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Kebun
Percobaan (KP) Gayo yang terletak di desa Pondok Gajah Kecamatan Bandar
Kabupaten Bener Meriah. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada masalah teknik
pemanenan dan penanganan pasca panen kopi arabika Gayo yang berfokus pada analisa cita rasa
kopi arabika Gayo. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai
dengan bulan September 2016.
1.3. Tujuan Magang
Sesuai
dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini dilakukan untuk :
1.
Untuk Mengetahui teknik pemanenan kopi
dan penanganan pasca panen kopi arabika Gayo
2.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
mahasiswa serta pengalaman pada saat melakukan bakti profesi.
3.
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Almuslim.
1.4. Manfaat
Kegiatan magang
yang dilakukan memiliki beberapa manfaat antara lain :
1.
Bagi mahasiswa, sebagai penambah
pengetahuan dan wawasan secara langsung dari lingkungan kerja yang berkaitan dengan kegiatan kerja.
2.
Bagi pemerintah, dapat menjadi sumbangan
informasi kepada pemerintah dalam mengembangkan kualitas mutu kopi di tanah
Gayo
3. Bagi
masyarakat, hasil magang ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan dalam melakukan
pemanenan kopi dan penanganan pasca panen kopi arabika supaya menghasilkan cita
rasa kopi arabika Gayo yang spesialti.
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Waktu
dan Tempat
Magang
ini dilakukan di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Kebun Percobaan (KP) Gayo Desa
Pondok Gajah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah. Waktu yang di butuhkan dalam Pelaksanaan
kegiatan magang ini dimulai tanggal 20
Juli sampai dengan 22 September
2016.
2.2. Lokasi
/ Letak Geografis
Pelaksanaan
kegiatan praktek magang mengenai kajian Teknik Pemanenan dan Penanganan Pasca
Panen Kopi Arabika Gayo. Luas
lahan lokasi magang 18.000 m2 . Balai
Penelitian Kopi Gayo (BPK) Gayo Proyek Pembinaan dan Penyuluhan Kopi Rakyat PPW/LTA-77 merupakan
hasil kerja sama pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang
didirikan pada 3 maret 1992 di desa pondok gajah kecamatan bandar Kabupaten
Bener Meriah. Secara geografis, Desa
Pondok Gajah terletak pada 04’45’188 garis Lintang Utara dan 96’53’798 Bujur
Timur, berada pada ketinggian 1485 m dpl.
Table 1 : Batas wilayah Desa Pondok
Gajah
No
|
Batas Wilayah
|
Desa
|
1
|
Sebelah Utara
|
Batin Baru
|
2
|
Sebelah Selatan
|
Makmur
Sentosa
|
3
|
Sebelah Barat
|
Mupakat Jadi
|
4
|
Sebelah Timur
|
Simpang Utama
|
Sumber: BPTP Aceh Kebun
Percobaan (KP) Gayo.
2.3 Keadaan
Tanah
Berdasarkan data
monografi Desa Pondok Gajah didapat hasil bahwa lahan tempat magang di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Aceh Kebun Percobaan (KP) Gayo memiliki struktur tanah vulnik dan mengandung bahan organik (humus) lebih dari 5 %,
kedalaman epektif lebih dari 100 cm, pH tanah 5,5 - 6,5, kemiringan lahan berkisar 30 %.
2.4 Iklim dan cuaca
Kabupaten Bener Meriah merupakan kawasan beriklim tropis
dengan curah hujan berkisar 1.000 –2.500 (mm) per tahun dengan jumlah hari
hujan 143 –170. Hujan umumnya turun pada bulan September hingga Pebruari. Musim
kemarau terjadi pada bulan Maret sampai Agustus. Temperatur maksimum berkisar
pada 26°C dan minimum antara 13 –23°C Kelembaban relatif maksimum 75,8% dan kelembaban
relative minimum 20%.
Table 2: Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Desa Pondok Gajah Kecamatan
Bandar Kabupaten Bener Meriah
No
|
Tahun
|
2013
|
2014
|
2015
|
|||
Bulan
|
Curah Hujan
(mm)
|
Jumlah Hari
Hujan
|
Curah Hujan
(mm)
|
Jumlah Hari
Hujan
|
Curah Hujan
(mm)
|
Jumlah Hari
Hujan
|
|
1
|
Januari
|
285
|
19
|
135
|
17
|
273
|
8
|
2
|
Februari
|
214
|
18
|
81
|
5
|
139
|
12
|
3
|
Maret
|
114
|
13
|
87
|
12
|
91
|
10
|
4
|
April
|
40
|
9
|
187
|
20
|
265
|
23
|
5
|
Mei
|
209
|
12
|
226
|
19
|
355
|
23
|
6
|
Juni
|
90
|
8
|
75
|
3
|
77
|
9
|
7
|
Juli
|
-
|
-
|
-
|
-
|
151
|
18
|
8
|
Agustus
|
-
|
-
|
177
|
11
|
-
|
-
|
9
|
September
|
-
|
-
|
178
|
19
|
-
|
-
|
10
|
Oktober
|
-
|
-
|
489
|
23
|
-
|
-
|
11
|
November
|
-
|
-
|
306
|
21
|
-
|
-
|
12
|
Desember
|
-
|
-
|
451
|
20
|
-
|
-
|
Stasiun : SMPK
Pondok Gajah , Bener Meriah.
BAB III
PELAKSANAAN MAGANG
3.1. Bentuk
Kegiatan Magang.
Dalam
kegiatan magang yang di tempatkan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Aceh Kebun Percobaan (KP) Gayo Desa Pondok Gajah Kecamatan Bandar
Kabupaten Bener Meriah adalah praktik pembibitan kopi mulai dari proses pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pasca panen sampai proses pemasaran yang dilaksanakan
di
Kebun Percobaan Gayo dan di Koperasi Gayo Mandiri, juga melakukan penelitian tentang teknik
pemanenan dan penanganan pasca panen kopi arabika gayo.
Selain itu ikut
juga berpartisipasi
dalam proses kerja dan seluruh kegiatan yang ada di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Kebun Percobaan (KP) Gayo. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penelitian lapangan, sedangakan data
sekunder diperoleh dari wawancara dengan pembimbing lapangan.
3.2. Prosedur
kerja.
Adapun prosedur kerja yang dipakai
dalam teknik pemanenan dan penanganan pasca panen kopi arabika gayo adalah sebagai berikut:
1. Teknik Pemanenan.
Panen kopi atau
dalam bahasa Gayo di sebut “ngutip” adalah kegiatan pengambilan buah kopi yang
merah dengan cara memetik buah dari tangkainya. Pada saat panen buah yang perlu
adalah warna buah yaitu maksimum merah minimum kuning. Bila warna buah masih
hijau atau kelewat hitam tidak boleh di petik, hasil pemetikan harus segera
diangkut ke tempat pengolahan untuk menghindari pembusukan buah, yang
mengakibatkan citarasa basi (stingker
atau fermented). Paling lambat 12 jam
harus sudah sampai di tempat pengolahan, jika pengolahan dilakukan di tingkat
kelompok atau pabrik, buah kopi harus ditimbang dan di catat.
2. Sortasi Buah Kopi
Cara yang
gampang untuk memisahkan kopi yang terserang hama dan penyakit adalah dengan
merendam buah merah/gelondong kedalam air dan mengambil kopi yang terapung.
Buah kopi yang sudah dipilih atau disortir dari buah muda , kuning dan yang
terserang hama penyakit siap untuk di pulper.
3. Pulping Proses/Pengupasan Kulit Buah.
Kopi yang telah
dipetik harus dipulper hari itu jika tidak maka kopi gelondong akan busuk,
pembusukan kulit kopi tersebut berpengaruh pada biji kopi karena sifat biji
kopi Higroskopis (menyerap dan melepaskan air) termasuk busuknya kulit kopi
akan diserap oleh biji kopi dan cita rasa biji kopi tersebut akan busuk/fermentip.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pulper
adalah :
·
Jangan
menyimpan kopi lebih dari satu hari.Parut pulper tidak luka atau koyak yang berakibat
pada pecahnya biji kopi. Biji kopi yang pecah atau luka karena parut akan
menjadi trase/biji cacat.
·
Dinding
pulper dengan parut tidak terlalu rapat yang berakibat pecahnya biji kopi dan
tidak terlalu jarang yang berakibat kopi bersampah. Hasil dari pulper yang
banyak mengeluarkan sampah tidak baik karena berpengaruh pada cita rasa kopi,
karena kulit kopi ikut terfermentasi/terperam dalam biji kopi.
4. Pemeraman/Fermentasi.
Kopi yang sudah
dipulper harus di simpan atau dengan nama lain di permentasi satu malam atau 12
jam. Hal ini dilakukan agar terpisahnya lendir kopi sehingga memudahkan proses
pencucian, permentasi yang baik adalah dengan menggunakan wadah karung karena
dapat meningkatkan suhu, sehingga proses fermentasi berjalan dengan cepat. Permentasi
yang baik adalah permentasi yang dilakukan tidak lebih dari 12 jam, karena juga
berpengaruh kepada cita rasa akibat lendir kopi yang busuk masuk kedalam biji
kopi.
5. Pencucian.
Setelah
dipermentasi satu malam, maka kopi tersebut harus di cuci dengan air bersih
sampai kesat, sewaktu mencuci kopi yang terapung harus di ambil, karena akan
menambah biji cacat/trase pada gabah. Pencucuian ini biasanya dilakukan 2 kali
bilas agar di dapat biji kopi yang kesat.
6. Penjemuran.
Kopi yang sudah
di cuci di jemur di atas para-para, semen, terpal atau tenda yang bersih,
hindari penjemuran kopi di atas tanah dan aspal, karena kopi tersebut akan
berbau tanah dan bau aspal yang mengakibatkan kopi tersebut cacat rasa dan
tidak bisa dijual/ekspor. Bagi petani yang akan menjual kopi dalam bentuk gabah
hindari menyimpan kopi yang basah.
7. Huller/Pengupasan
Kulit Tanduk.
Kopi yang sudah kering di huller, yang perlu di
perhatikan pada mesin huller adalah mesin huller tersebut tidak menghasilkan
kopi pecah atau kuku kambing hal ini
bisa terjadi karena mesin rusak atau kopi gabah yang masih basah. Hindari penggilingan kopi ke huller
jika masih basah dan hindari juga kopi yang di giling terlalu kering.
8. Penjemuran Kopi
Labu Jadi Kopi Asalan.
Kopi yang keluar
dari mesin huller di sebut kopi “Labu”, kopi labu ini harus segera di jemur
karena sangat rentan terhadap pelapukan jika di simpan atau jika tidak langsung
di jemur karena mengandung kadar air sekitar 40 % dimana bakteri dan jamur
sangat senang hidup pada kondisi ini, untuk itu hindari menggiling kopi jika
cuaca tidak baik, karena akan lebih aman saat kopi dalam bentuk gabah tapi
harus diserak/dihamparkan. Kopi labu yang di jemur akan jadi kopi “Asalan”,
kopi asalan sebaiknya dikeringkan pada kadar air 14 s/d 12 %, hindari menjemur
kopi labu menjadi kopi asalan yang di simpan pada kadar air di atas 14 %,
karena rentan terhadap pelapukan.
9. Sortasi Kopi Asalan Menjadi Kopi Grade I.
Sortasi
dilakukan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non kopi seperti
serpihan daun, kayu, atau kulit kopi. Biji kopi beras harus disortasi secara
fisik atas dasar ukuran dan cacat biji, sortasi ukuran dapat dilakukan dengan
ayakan mekanis maupun dengan manual. Pisahkan biji-biji kopi cacat agar
diperoleh massa uji dengan nilai cacat sesuatu sesuai dengan ketentuan SNI No.
01-0907/2008.
10.penyimpanan
(storage).
Hal-halyang
perlu diperhatikan adalah:
a.
Pengaturan suhu dan sirkulasi udara
untuk menjaga kadar air kopi agar kopi tetap stabil.
b.
Kopi harus disimpan secara terpisah
dengan bahan lain yang sifatnya dapat mengeluarkan bau seperti cengkeh, bawang
putih dan lain-lain, karena kopi dapat menyerap bau asing yang ada di
sekitarnya. Hal ini sangat mempengaruhi cita rasa kopi pada saat diseduh.
c.
Karung tempat penyimpanan harus bersih
dan terhindar dari bau asing dan jangan membiasakan menyimpan kopi dalam karung
bekas yang sudah pernah dipakai untuk barang lain hal ini dapat terkontaminasi
kedalam biji kopi.
Gambar
1. Diagram alur Pengolahan Basah (Washed Prosessing)
Pemetikan Buah
|
Sortasi
Buah Manual
|
Sortasi
Dengan Air
|
Buah Merah
Baik
|
Buah Jelek
(Mengapung)
|
Penggilingan
Buah Merah
|
Fermentasi
|
Pencucian
|
Pengeringan
Kopi Gabah Basah
|
Huller (gabah kering air k.a 12 %
|
Pengemasan
|
Sortasi
Biji
|
Pengeringan
Kopi Labu
|
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Teknik Menetukan Biji Kopi Cacat.
Sorting adalah
proses pengelompokan kopi menjadi beberapa klas/grade, yang dalam bahasa gayo
di sebut ‘ Mu-DP” Kelas yang diekspor
adalah grade I sebelum di ekspor harus di lakukan sorting, sorting/sortase
adalah kegiatan memisahkan dan mengambil kopi yang cacat.
Berikut adalah
jenis kopi cacat/defect yang harus di ambil dari kopi asalan agar layak untuk
di ekspor.
Berdasarkan SNI No
01-0907/2008 masing-masing defect memiliki nilai :
Tabel 3 : Menentukan Biji Kopi Cacat.
No
|
Jenis Cacat
|
Nilai Cacat
|
1.
|
1 (satu)
biji hitam
|
1 (satu)
|
2.
|
1 (satu)
biji hitam sebagian
|
½ (setengah)
|
3.
|
1 (satu)
biji hitam pecah
|
½ (setengah)
|
4.
|
1 (satu)
kopi gelondong
|
1 (satu)
|
5.
|
1 (satu)
biji coklat
|
¼ (seperempat)
|
6
|
1 (satu)
kulit kopi (husk) ukuran besar
|
1 (satu)
|
7.
|
1 (satu)
kulit kopi (husk) ukuran sedang
|
½ (setengah)
|
8.
|
1 (satu) Wit
kopi (husk) ukuran kecil
|
1/5
(seperlima)
|
9.
|
1 (satu)
biji berkulit tanduk
|
½ (setengah)
|
10.
|
1 (safu)
kulit tanduk ukuran besar
|
½ (setengah)
|
11.
|
1 (satu)
kulit tanduk ukuran sedang
|
1/5
(seperlima)
|
No
|
Jenis Cacat
|
Nilai Cacat
|
12.
|
1 (satu) kulit
tanduk ukuran kecil
|
1/10
(sepersepuluh)
|
13.
|
1 (satu)
biji pecah
|
1/5
(seperlima)
|
14.
|
1 (satu)
biji muda
|
1/5
(seperlima)
|
15.
|
1 (satu)
biji berlubang satu
|
1/10
(sepersepuluh)
|
16.
|
1 (satu)
biji berlubang lebn dari satu
|
1/5
(seperlima)
|
17.
|
1 (satu)
biji bertuful-tutul (untuk proses basah)
|
1/10
(sepersepuluh)
|
18.
|
1 (satu)
ranting, tanah atau batu berukuran (besar)
|
5 (lima)
|
19.
|
1 (satu)
ranting, tanah atau batu berukuran (sedang)
|
2 (dua)
|
20.
|
1 (satu)
ranting, tanah atau batuberukuran kecil)
|
1 (satu)
|
4.2. Teknik Untuk
Mengetahui Jumlah Biji Cacat/Trase.
Proses untuk mengetahui jumlah biji cacat/trase adalah dengan menggunakan
timbangan digital ataun timbangan kecil.
1. Ambil sampel dari kopi yang ready/sipa ekspor
secara acak dan merata dari semua goni minimal 300 gram/goni, aduk secara
merata semua sampel.
2. Timbang
kopi sebanyak 100 gram
3. Keluarkan dari timbangan lalu pilih semua
biji cacat/trase
4. Timbang kembali trase tersebut dan lihat
berapa berat kopi yang cacat, jika berat kopi tersebut adalah 10 gram maka
jumlah trasenya berarti 10 %, jika jumlah trasenya 15 gram, maka jumlah adalah
15 %.
4.3. Cita Rasa Kopi Arabika
Citarasa kopi sangat komplek ratusan aroma dapat
terbentuk dari biji kopi, karena kekomplekkannya tersebut sampai sekarang belum
dapat dibuat satu alat untuk mengukur citarasa kopi.
Pengukur citarasa kopi saat ini masih menghandalkan
manusia sebagai penentu kulaitas kopi orang yang terlatih sebagai penentu citarasa kopi
tersebut disebut dengan Q-Grader.
Seorang Q-Grader menilai seduhan kopi meliputi :
1. Fragrance adalah kesan dari gas yang terlepas
dari biji kopi sangrai dan kopi bubuk sebelum diberi air panas
2. Aroma adalah bau yang dikeluarkan oleh bubuk
kopi yang dituangi air panas, ketika bubuk kopi diberi air akan terbentuk
lapisan bubuk dipermukaan air, dengan bantuan sendok seduhan diaduk sambil
mencium baunya secara kuat.
3. Citarasa (taste) adalah mencicipi seduhan
dengan menggunakan sendok, dengan penyeruputan yang kuat cairan akan memenuhi
seluruh permukaan lidah, sehingga syaraf pengecap dapat menangkap rasa dasar
yaitu manis (sweet), asin (salt), asam
(sour) dan pahit (bitter).
4. After taste pada penyeruputan selanjutnya
rangga mulut yang dipenuhi dengan seduhan menekan uap kedalam rangga hidung dan
lidah bagian belakang, sehingga kita dapat mengingat dan merasakan rasa yang
tertinggal.
5. Body adalah nilai kekentalan dari suatu
seduhan, dengan cara menggosokkan lidah ke langit-langit mulut sehingga ada
kesan “kekentalan” dari cairan.
4.4. Profil citarasa kopi arabika gayo:
1. Acidity : Adalah keasaman yang kuat serta menyenangkan, pada umumnya terdapat
pada kopi yang tumbuh didataran tinggi. Berlawanan dengan rasa pahit dan masam
sebagai akibat over fermentasi.
2. Flavor :
Adalah rasa dan aroma secara keseluruhan.
3. Mild :
Adalah rasa dan aroma yang lembut dan menyenangkan secara keseluruhan.
4. Rich :
Flavor yang secara keseluruhan menyenangkan dan full body.
5. Sweet : Kopi yang menyenangkan bebas dari rasa kasar.
6. Point : Acidity yang tajam dan menyenangkan.
7. Fine : Kopi dengan karakteristik flavor yang
tegas, nyata, seperti acidity, body dan lain-lain.
8. Full : Awal dari karakteristik yang baik dan
terhadap asam body dan lain-lain.
4.5. Pengaruh
Kopi Cacat Terhadap Citarasa.
Menurut Mahdi
2011, Biji cacat adalah semua biji kopi yang tidak normal baik yang disebabkan
oleh faktor alami atau genetik maupun dari faktor prosesing. Keberadaan biji
cacat sangat mempengaruhi kualitas rasa dari kopi tersebut semakin banyak
kadar biji cacat maka semakin jelek
kualitas rasanya.
1. Biji
hitam dan hitam sebagian
Ciri
– ciri fisik : Berwarna hitam buram atau
hitam mengkilat/ silver
Adakalanya hitam berkeriput.
Pengaruh
terhadap rasa : Menimbulkan rasa yang beragam yang cendrung tidak
menyenangkan, over fermentasi, kotor,
asam, berjamur dan rasa fenolik.
Penyebabnya
: Dalam pertanian karena adanya figmen
yang terfermentasi dengan mikro organisme. Dalam proses akibat over
fermentasi atau pengeringan yang tidak sempurna, penyimpanan yang tidak baik
dan terkontaminasi dengan bahan selain kopi.
Pencegahan
: Dalam pemanenan hanya memilih buah yang masak dari pohon. Dalam proses pulper dengan
merendam dan memisahkan biji terapung,
menghindari proses over fermentasi, pengeringan yang sempurna , penyimpanan
yang baik dan menghindari dari kontaminasi dari bahan2 kimia dan dalam proses sortasi dengan memilih
dan memisahkan biji hitam.
2. Biji Coklat dan coklat sebagian
Ciri
– ciri fisik : Berwarna coklat tua, coklat kekuningan atau coklat kemerahan
, berbau khas asam dan akan semakin terasa bau asam ketika dipotong atau
disangrai.
Pengaruh
terhadap rasa : Menimbulkan rasa asam beragam yang cenderung tidak
menyenangkan dan over fermentasi Dalam
pertanian disebabkan oleh sindrom yang terfermentasi yang merupakan hasil
kontaminasi mikroba saat sebelum panen.
Penyebabnya
: Dalam proses pemanenan memetik buah yang terlalu masak, menganbil buah yang
jatuh dari pohon, dam kontaminasi air selama pemerosesan. Proses pemanenan yang tepat waktu,
tidak mengambil buah yang telah jatuh dan tidak menunda proses pulper serta
menjaga waktu fermentasi. Dalam proses sortasi memilih dan memisahkan biji
coklat. Berwarna kuning kecoklatan atau kemerahan dan terdapat bintik jamur
berupa tepung spora kering pada permukaan biji, sebagian biji bertutul
bahkan merata pada permukaan biji Menimbulkan
rasa over fermentasi, rasa lapuk(Jamur)yang sangat dominan, kotor dan rasa fenolik. Dalam pertanian dan pengolahan
disebabkan oleh terinfeksinya biji kopi dengan jamur ( aspergilus, genus
fusarium dan penecillium), pengeringan yang tidak sempurana hingga
penyimpanan biji pada kelembaban yang
cukup tinggi.
Pencegahan
: Dalam pemanenan tidak memetik buah yang terinfeksi jamur. Menghindari
luka atau goresan pada saat pulper atau hulling. Melakukan pengeringan yang
cukup. Menyimpan biji kopi pada kelembaban
rendah. Pada proses sortasi memilih dan memisahkan biji berjamur.
3. Biji Muda
Ciri
– ciri fisik : Biji berukuran sedang
cenderung kecil, melengkung berwarna kuning pucat kehijauan dan sering dilapisi
kulit ari silver yang melekat.
Pengaruh
terhadap rasa : Menimbulkan rasa rumput yang kehijauan, rasa jerami dan
sumber utama astringent dalam biji kopi
Penyebabnya
: Memetik buah cerry yang belum tua atau
matang sempurna
Pencegahan
: Menghindari pemanenan buah cerry yang masih muda dan belum matang. Dalam
pemrosesan dapat dipisahkan dengan cara sortasi memilih dan memisahkan biji
muda.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
Ø
Mutu
citarasa sangat menentukan dalam perdagangan kopi spesialti seperti
kopi yang berasal dari Gayo. Dua hal
penting terkait dengan citarasa yang harus mendapatkan perhatian adalah
citarasa kopi yang baik itu sendiri dan konsistensinya.
Ø
Mutu
fisik kopi biji diperlukan dalam pembuatan kontrak jual beli, khususnya jika
kopi yang akan diekspor. Dalam dokumen ekspor harus disebutkan dengan jelas kelas
mutu yang disepakati untuk di perdangkan. Misal untuk kopi spesialti maka mutu
fisik kopi biji harus mutu I (grade I) menurut SNI 01-2907-1999, sehingga
jumlah cacat per 300 gram kopi biji tidak boleh lebih dari 11.
5.2 Saran
1. Peningkatan kualitas ketenagakerjaan sangat diperlukan
dalam sebuah lembaga maka sebaiknya dilakukan
pelatihan SDM terhadap tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Renes, H. 1989. Arabica Coffee In Aceh Tengah. Consultant
Report on Applied Arabica Coffee Research May 1985-June 1989.
2. Masna, Manurung. Khalid. Sukanto. Dwi,
Purbayani. Armiyadi. 2012. Upaya Peningkatan Produksi Dan Kualitas Kopi Arabika
Gayo Yang Berkelanjutan. Sub Project IOM Sega Dan Universitas Gajah Putih. Aceh
Tengah.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home