Makalah Tanaman Jagung Manis
1.1. Latar
Belakang
Produksi jagung
manis di Indonesia masih terbilang
rendah. Menurut data Badan Pusat Statistik (2015), produktivitas jagung
di Indonesia
mencapai 5,19 ton/ha, sedangkan menurut
Syukur dan Rifianto (2013), tanaman jagung manis memiliki
potensi hasil hingga 20 ton/ha. Penyebab rendahnya
produksi jagung manis salah satunya disebabkan oleh tingkat
kesuburan tanah yaitu
kandungan unsur hara di dalam tanah yang belum mencukupi kebutuhan tanaman.
Unsur hara berperan penting
dalam metabolisme tanaman. Unsur nitrogen merupakan unsur yang paling
dibutuhkan tanaman
untuk melangsungkan pertumbuhan vegetatifnya
sehingga dapat memasuki fase selanjutnya yaitu
generatif (Novizan,
2002).
Unsur nitrogen merupakan unsur yang dapat
merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
seperti untuk pembentukan daun tanaman,
sintesis asam amino
dan
protein dalam
tanaman, serta merupakan bagian
klorofil tanaman (Sutedjo, 2010).
Untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara nitrogen pada tanaman dapat dilakukan dengan
cara pemberian pupuk yaitu Urea.
Urea adalah salah satu
pupuk
buatan
yang mengandung
unsur hara
nitrogen sebesar 46%.
Nitrogen berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang
baik digunakan pada saat fase vegetatif
tanaman (Utomo, dkk. 2016). Urea adalah pupuk
yang paling banyak dipakai
oleh
petani. Saat ini sering terjadi kelangkaan pupuk Urea terutama
pada saat pertanaman jagung karena pupuk tersebut telah habis digunakan petani pada musim tanam padi sebelumnya. Tidak
tersedianya
pupuk Urea saat musim tanam jagung, menyebabkan para petani
perlu mencari alternatif
pupuk lainnya sebagai penyedia unsur
hara nitrogen bagi
tanaman.
1
|
|
2010).
Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan
antar tanaman maupun antara
tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air,
cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu
upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam.
Dengan tingkat kerapatan yang optimum maka akan diperoleh ILD yang optimum
dengan pembentukan bahan kering yang maksimum (Effendi 2004).
Jarak tanam yang
rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena
tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga
pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat
ditekan (Dad Resiworo 2007). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin
tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya
kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam
yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home