Wednesday, 3 June 2020

Habis Kuliah Pedihnya Jadi Pengangguran

Rasanya bukan saya yang merasakan pedihnya ketika pertanyaan seperti ini o ya kamu kan sarjana sekarang kerja dimana ya, begitulah pertanyaannya, udah jadi pengganguran dibully pula oleh masyarakat. Walaupun begitu sebagai serjana pertanian saya tetap berusaha mengembangkan bisnis peternakan sapi , setiap harinya saya harus potong rumput untuk kebutuhan pakan sapi, berarti saya tidak nganggur lagi kan walaupun saya bekerja untuk pribadi saya walaupun hasilnya jauh dari harapan saya,, walaupun begitu bullying tetap terjadi di kalangan masyarakat dengan pertanyaan yg sangat mengganggu kehidupan saya, malah lebih parah yg ini ejekannya , masak lulusan sarjana pertanian potong rumput ,, yang bener aja ini hidup terkadang saya prustasi juga, apalah daya tinggal di provinsi termiskin sesumatera ya itu provinsi aceh tanah rencong, nasib memang belum berubah biarkan ini terjadi yg penting happy aja, santuyyy

Friday, 3 August 2018

Pengaruh Aplikasi Pupuk Hijau Daun Kelor


Pengaruh Aplikasi Pupuk Hijau Daun Kelor
Hasil Uji F pada analis sidik ragam menunjukkan bahwa pupuk hijau daun kelor berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 25, 50, dan 70 HST, diameter batang pada umur 25, 50, 70 HST, Jumlah buah cabai merah pada umur 70 HST, dan berat buah tanaman cabai pada umur 70 HST.
4.1.1        Tinggi Tanaman
            Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman cabai merah pada umur 25, 30 dan 45 HST disajikan pada lampiran 1, 3, dan 5. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 2, 4, dan 6. Rata-rata tinggi tanaman cabai merah umur 25, 50, dan 75  hari setelah tanam ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3.  Rata-rata tinggi tanaman cabai merah umur 25, 50, dan 75  hari setelah               tanam akibat pemberian pupuk hijau daun kelor.
Perlakuan
Tinggi Tanaman Cabai Merah ( cm )
25 HST
50 HST
75 HST
D0 = Dosis NPK 500 kg/ha
13,52a
34,08a
48.59a
D1 = 6 ton/ha (0,3kg/tanaman)
15,97b
46.25c
55,47b
D2 = 8 ton/ha (0,4 kg/tanaman)
19,62c
45,29b
60,87d
D3 = 10 ton/ha (0,5 kg/tanaman)
22,58d
46,50c
58,83c
BNT 0,05
1,47
6,78
1,81
Keterangan :  Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama          tidak berbeda nyata pada taraf P ≤ 0,05 (uji BNT).


21
          Berdasarkan Tabel 3 dapat ditunjukkan bahwa, pemberian pupuk hijau daun kelor berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman cabai merah pada umur 25, 50 dan 75 HST. Tanaman cabai merah terbaik dijumpai pada perlakuan D3 dengan tinggi tanaman 22,58 cm pada umur 25 HST dan pada umur 50 HST dijumpai pada perlakuan D3 dengan tinggi tanaman 46,50 cm.. Sedangkan tinggi tanaman cabai merah pada umur 75 HST dijumpai pada perlakuan D2 dengan tinggi tanaman 60,87 cm.
             Rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi melalui perlakuan pupuk hijau daun kelor dengan dosis 10 ton / ha ( 0,5 kg/ tanaman ) sudah berada pada tingkat optimum, karena menurut sukanto (2005) unsur hara sangat menentukan proses proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini diduga pemberian pupuk hijau daun kelor memberikan pengaruh yang lebih baik pada tanaman cabai dibanding dengan pupuk hijau. Pupuk hijau daun kelor memiliki kandungan N yang tinggi sekitar 3,01 %. Penggunaan pupuk hijau daun kelor sebagai pupuk hijau memberi manfaat peningkatan unsur N tanah karena dalam proses dekomposisi terjadi, pelepasan unsur N dalam jumlah banyak ke dalam tanah. Kecepatan pelepasan N dan jumlah N yang dilepas oleh pupuk hijau daun kelor sebanding dengan kebutuhan tanaman cabai sehingga tanaman cabai dapat tumbuh dengan optimal (Nugroho et al. 2012).  

Tuesday, 17 July 2018

Batang Tanaman Bunga Kol Akibat Pemberian Kompos Serbuk Kayu


a.        Batang Tanaman Bunga Kol
          Rata-rata hasil pengamatan terhadap diameter tanaman bunga kol pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST), menunjukkan bahwa pemberian kompos serbuk kayu sangat berpengaruh nyata dan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Diameter Batang Tanaman Bunga Kol Umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST).
Perlakuan
Diameter Batang Tanaman Bunga Kol ( cm )
15 HST
30 HST
45 HST
K0 = 100% tanah
0,31a
0,39a
0,96a
K1 = 100% kompos serbuk kayu
0,87f
1,39e
1,78e
K2 = 1:1 ( 50% kompos: 50% tanah)
0,44b
0,71b
1,00b
K3 = 2:1 (70% kompos : 30% tanah)
0,83e
1,72f
2,16c
K4 = 3:1 ( 80% kompos : 20% tanah)
0,72d
1,37d
1,79d
K5=  4:1 ( 90% kompos: 10% tanah)
0,50c
1,05c
1,66d
BNT 0,05
0,04
0,17
0,12
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P ≤ 0,05 (uji BNT).

            Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman bunga kol terbesar pada umur 15 HST dijumpai pada Perlakuan K1 (kompos serbuk kayu 100%) dengan diameter 0,87 cm, sedangkan diameter batang terbesar pada umur 30, dan 45 HST  dijumpai pada perlakuan K3 (70% kompos serbuk kayu : 30% tanah) dengan diameter batang 1,72 cm pada umur 30 HST, dan 2,16 cm pada umur 45 HST, sedangkan diameter batang tanaman terkecil pada umur 15, 30, dan 45 HST dijumpai pada perlakuan K0 (tanah 100%) dengan diameter batang tanaman 0,31 cm pada umur 15 HST, pada umur 30 HST dengan diameter tanaman 0,39 cm dan 0,96 cm pada umur 45 HST.
            Hal tersebut dikemukakan Sarno (2009) pada penelitiannya bahwa, peningkatan pertumbuhan diameter batang yang meningkat tersebut dikarenakan akibat pemberian pupuk kompos serbuk kayu yang dapat memperbaiki struktur media tanam dalam polybag menjadi lebih remah sehingga memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara dari dalam media tanam yang dapat mempercepat laju pertumbuhan vegetatif tanaman bunga kol. Menurut Isdarmanto (2009), dengan meningkatnya produktivitas metabolisme maka tanaman akan lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air, hal ini berkaitan dengan kebutuhan bagi tanaman pada masa pertumbuhan batang dan perkembangan diameter batang tanaman bunga kol. 

Jumlah Daun Tanaman Bunga Kol Akibat Pemberian Kompos


a.        Jumlah Daun Tanaman   Bunga Kol
Rata-rata hasil pengamatan terhadap jumlah daun tanaman bunga kol pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST) menunjukkan bahwa pemberian kompos serbuk kayu sangat berpengaruh nyata dan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bunga Kol Umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST).
Perlakuan
Jumlah Daun Tanaman Bunga Kol
( helaian )
15 HST
30 HST
45 HST
K0 = 100% tanah
6,11a
10,77a
14,89a
K1 = 100% kompos serbuk kayu
8,89d
15,10d
17,33b
K2 = 1:1 ( 50% kompos : 50% tanah)
6,44a
11,67b
15,33a
K3 = 2:1 (70%  kompos : 30% tanah)
8,55c
16,33f
19,66d
K4 = 3:1 ( 80% kompos : 20% tanah)
7,89c
15,33e
18,44c
K5=  4:1 ( 90% kompos : 10% tanah)
6,77b
13,33c
17,66b
BNT 0,05
0,38
0,76
0,27
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P ≤ 0,05 (uji BNT).

            Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bunga kol terbanyak  pada umur 15 HST dijumpai pada perlakuan K1 (kompos serbuk kayu 100%), dengan jumlah daun tanaman 8,89 helai, sedangkan pada 30, dan 45 HST dijumpai pada perlakuan K3 (70% kompos serbuk kayu : 30% tanah), pada umur 30 HST dengan jumlah daun 16,33 helai dan 19,66 helai pada umur 45 HST, sedangkan jumlah daun tanaman paling sedikit pada umur 15, 30, dan 45 HST dijumpai pada perlakuan K0 (tanah 100%) dengan jumlah daun tanaman 6,11 helai pada umur 15 HST, pada umur 30 HST dengan jumlah daun 10,77 helai dan 14,89 helai pada umur 45 HST.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos serbuk kayu menghasilkan jumlah daun tanaman bunga kol yang lebih banyak dibandingkan dengan tanpa pupuk kompos serbuk kayu. Hal ini diduga pupuk kompos serbuk kayu mengandung unsur hara makro dan mikro yang sangat mendukung proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman bunga kol. Selain dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman, kompos serbuk kayu juga termasuk pupuk organik padat yang tergolong pupuk slow release yang melepaskan unsur hara yang dikandungnya secara berlahan dan terus-menerus (Purwanti, D. 2008).

Hasil Pengamatan Terhadap Tinggi Tanaman Bunga Kol Akibat Pemberian Kompos


HASIL DAN PEMBAHASAN
a.        Tinggi Tanaman Bunga Kol
          Rata-rata hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman bunga kol  pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST) menunjukkan bahwa pemberian kompos serbuk kayu sangat berpengaruh nyata dan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.   Rata-rata tinggi tanaman bunga kol umur 15, 30, dan 45  hari setelah  tanam akibat pemberian kompos serbuk kayu.
Perlakuan
Tinggi Tanaman Bunga Kol ( cm )
15 HST
30 HST
45 HST
K0 = 100% tanah
11,55a
19,78a
29,00a
K1 = 100% kompos serbuk kayu
19,33e
32,55d
36,55c
K2 = 1:1 ( 50% kompos: 50% tanah)
14,22b
24,88b
31,00b
K3 = 2:1 (70% kompos : 30% tanah)
23,33f
37,32f
45,77f
K4 = 3:1 ( 80% kompos : 20% tanah)
18,33d
34,10e
42,33e
K5=  4:1 ( 90% kompos: 10% tanah)
15,55c
31,33c
41,00d
BNT 0,05
1,46
1,76
0,64
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama   tidak berbeda nyata pada taraf P ≤ 0,05 (uji BNT).

            Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman bunga kol pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam HST dijumpai pada Perlakuan K3 (70% kompos serbuk kayu : 30% tanah) dengan tinggi tanaman 23,33 cm pada umur 15 HST, pada umur 30 HST dengan tinggi 37,32 cm dan 45,77 cm pada umur 45 HST, sedangkan tinggi tanaman terendah pada umur 15, 30, dan 45 HST dijumpai pada perlakuan K0 (tanah 100%) dengan tinggi tanaman 11,55 cm pada umur 15 HST, pada umur 30 HST dengan tinggi 19,78 cm dan 29,00 cm pada umur 45 HST.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos serbuk kayu menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk kompos serbuk kayu. Hal ini diduga karena pupuk kompos serbuk kayu dengan dosis 70% mudah dalam proses perpaduan kedua media tanam yaitu kompos serbuk kayu dan tanah,  sehingga unsur N dapat diserap langsung oleh tanaman bunga kol. Seperti dikemukakan oleh Sutedjo  (2003) bahwa bahan organik seperti kompos serbuk kayu yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai dapat dengan mudah dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk melakukan pertumbuhan.
            Lindawati et. al. (2000) menyatakan bahwa pupuk kompos serbuk kayu mengandung unsur hara N yang mampu memenuhi kebutuhan tanaman bunga kol. Unsur N merupakan unsur hara utama penunjang pertumbuhan tanaman yang berperan dalam pertumbuhan akar, batang, daun,dan awal pembentukan bunga pada tanaman. Unsur N digunakan untuk menghasilkan sejumlah kompleks organik molekul seperti asam amino, protein, dan asam nukleat. Asam amino berfungsi sebagai bahan dasar pembentukan protein yang selanjutnya akan digunakan untuk pertumbuhan tanaman.
            Damanik et. al., (2011) menyatakan bahwa hasil perombakan kompos serbuk kayu juga meningkatnya Asam amino dan meninggkatkan fotosintesis sehingga laju pertumbuhan dan perkembangan vegetative tanaman bunga kol meningkat. Fotosintesis merupakan dimana suatu proses biokimia yang dilakukan tanaman untuk memproduksi energi. Energi dibutuhkan tanaman untuk menyerap karbondioksida (CO2) dan air yang akan menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanan (nutrisi).