Pasca Panen Kopi Arabica Gayo
Pasca Panen Kopi adalah suatu kegiatan meliputi pengumpulan
buah kopi yang sudah dipanen, penyortiran, pengawetan, pengemasan, penyimpanan,
dan standardisasi transportasi hasil produksi tanaman kopi (Armiyadi, 2012).
Prosedur
kerja.
Adapun prosedur kerja yang dipakai
dalam teknik pemanenan dan penanganan pasca panen kopi arabika gayo adalah sebagai berikut:
1. Teknik Pemanenan.
Panen kopi atau
dalam bahasa Gayo di sebut “ngutip” adalah kegiatan pengambilan buah kopi yang
merah dengan cara memetik buah dari tangkainya. Pada saat panen buah yang perlu
adalah warna buah yaitu maksimum merah minimum kuning. Bila warna buah masih
hijau atau kelewat hitam tidak boleh di petik, hasil pemetikan harus segera
diangkut ke tempat pengolahan untuk menghindari pembusukan buah, yang
mengakibatkan citarasa basi (stingker
atau fermented). Paling lambat 12 jam
harus sudah sampai di tempat pengolahan, jika pengolahan dilakukan di tingkat
kelompok atau pabrik, buah kopi harus ditimbang dan di catat.
2. Sortasi Buah Kopi
Cara yang
gampang untuk memisahkan kopi yang terserang hama dan penyakit adalah dengan
merendam buah merah/gelondong kedalam air dan mengambil kopi yang terapung.
Buah kopi yang sudah dipilih atau disortir dari buah muda , kuning dan yang
terserang hama penyakit siap untuk di pulper.
3. Pulping Proses/Pengupasan Kulit Buah.
Kopi yang telah
dipetik harus dipulper hari itu jika tidak maka kopi gelondong akan busuk,
pembusukan kulit kopi tersebut berpengaruh pada biji kopi karena sifat biji
kopi Higroskopis (menyerap dan melepaskan air) termasuk busuknya kulit kopi
akan diserap oleh biji kopi dan cita rasa biji kopi tersebut akan busuk/fermentip.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pulper
adalah :
·
Jangan
menyimpan kopi lebih dari satu hari.Parut pulper tidak luka atau koyak yang berakibat
pada pecahnya biji kopi. Biji kopi yang pecah atau luka karena parut akan
menjadi trase/biji cacat.
·
Dinding
pulper dengan parut tidak terlalu rapat yang berakibat pecahnya biji kopi dan
tidak terlalu jarang yang berakibat kopi bersampah. Hasil dari pulper yang
banyak mengeluarkan sampah tidak baik karena berpengaruh pada cita rasa kopi,
karena kulit kopi ikut terfermentasi/terperam dalam biji kopi.
4. Pemeraman/Fermentasi.
Kopi yang sudah
dipulper harus di simpan atau dengan nama lain di permentasi satu malam atau 12
jam. Hal ini dilakukan agar terpisahnya lendir kopi sehingga memudahkan proses
pencucian, permentasi yang baik adalah dengan menggunakan wadah karung karena
dapat meningkatkan suhu, sehingga proses fermentasi berjalan dengan cepat. Permentasi
yang baik adalah permentasi yang dilakukan tidak lebih dari 12 jam, karena juga
berpengaruh kepada cita rasa akibat lendir kopi yang busuk masuk kedalam biji
kopi.
5. Pencucian.
Setelah
dipermentasi satu malam, maka kopi tersebut harus di cuci dengan air bersih
sampai kesat, sewaktu mencuci kopi yang terapung harus di ambil, karena akan
menambah biji cacat/trase pada gabah. Pencucuian ini biasanya dilakukan 2 kali
bilas agar di dapat biji kopi yang kesat.
6. Penjemuran Biji Kopi.
Kopi yang sudah
di cuci di jemur di atas para-para, semen, terpal atau tenda yang bersih,
hindari penjemuran kopi di atas tanah dan aspal, karena kopi tersebut akan
berbau tanah dan bau aspal yang mengakibatkan kopi tersebut cacat rasa dan
tidak bisa dijual/ekspor. Bagi petani yang akan menjual kopi dalam bentuk gabah
hindari menyimpan kopi yang basah.
7. Huller/Pengupasan
Kulit Tanduk.
Kopi yang sudah kering di huller, yang perlu di
perhatikan pada mesin huller adalah mesin huller tersebut tidak menghasilkan
kopi pecah atau kuku kambing hal ini
bisa terjadi karena mesin rusak atau kopi gabah yang masih basah. Hindari penggilingan kopi ke huller
jika masih basah dan hindari juga kopi yang di giling terlalu kering.
8. Penjemuran Kopi
Labu Jadi Kopi Asalan.
Kopi yang keluar
dari mesin huller di sebut kopi “Labu”, kopi labu ini harus segera di jemur
karena sangat rentan terhadap pelapukan jika di simpan atau jika tidak langsung
di jemur karena mengandung kadar air sekitar 40 % dimana bakteri dan jamur
sangat senang hidup pada kondisi ini, untuk itu hindari menggiling kopi jika
cuaca tidak baik, karena akan lebih aman saat kopi dalam bentuk gabah tapi
harus diserak/dihamparkan. Kopi labu yang di jemur akan jadi kopi “Asalan”,
kopi asalan sebaiknya dikeringkan pada kadar air 14 s/d 12 %, hindari menjemur
kopi labu menjadi kopi asalan yang di simpan pada kadar air di atas 14 %,
karena rentan terhadap pelapukan.
9. Sortasi Kopi Asalan Menjadi Kopi Grade I.
Sortasi
dilakukan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non kopi seperti
serpihan daun, kayu, atau kulit kopi. Biji kopi beras harus disortasi secara
fisik atas dasar ukuran dan cacat biji, sortasi ukuran dapat dilakukan dengan
ayakan mekanis maupun dengan manual. Pisahkan biji-biji kopi cacat agar
diperoleh massa uji dengan nilai cacat sesuatu sesuai dengan ketentuan SNI No.
01-0907/2008.
10.penyimpanan
(storage).
Hal-halyang
perlu diperhatikan adalah:
a.
Pengaturan suhu dan sirkulasi udara
untuk menjaga kadar air kopi agar kopi tetap stabil.
b.
Kopi harus disimpan secara terpisah
dengan bahan lain yang sifatnya dapat mengeluarkan bau seperti cengkeh, bawang
putih dan lain-lain, karena kopi dapat menyerap bau asing yang ada di
sekitarnya. Hal ini sangat mempengaruhi cita rasa kopi pada saat diseduh.
c.
Karung tempat penyimpanan harus bersih
dan terhindar dari bau asing dan jangan membiasakan menyimpan kopi dalam karung
bekas yang sudah pernah dipakai untuk barang lain hal ini dapat terkontaminasi
kedalam biji kopi.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home