Thursday, 12 October 2017

APLIKASI PUPUK HIJAU DAUN KELOR DAN PUPUK KANDANG AYAM  TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH
(Capsicum annuum L.)



HENDRA SAPUTRA









PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALMUSLIM
MATANGGLUMPANGDUA – BIREUEN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
          Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai keseluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis (Dermawan, 2010). Cabai merah Capsicum annuum L.merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting di Indonesia, baik sebagai komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Sebagai sayuran, cabai merah selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi tinggi (Harpenas, 2010).         
          Menurut Syukur et al, (2010). Produksi cabai di Indonesia masih rendah dengan rata-rata nasional hanya mencapai 5,5 ton/ha, sedangkan potensi cabai nasional dapat mencapai 22 ton/ha. Setiap tahunnya Indonesia harus mengimpor sekitar 22.737 ton untuk memenuhi kebutuhan cabai nasional.
          Berdasarkan hal itu, maka usaha peningkatan produksi cabai dapat dilakukan dengan cara perbaikan teknik budidaya yang meliputi pemupukan dengan pupuk organik dan penggunaan varietas cabai yang digunakan. Sekarang ini banyak pupuk yang beredar di pasaran dan memberikan hasil yang cukup baik. Akan tetapi, pupuk yang beredar adalah pupuk anorganik yang biasa kita kenal sebagai pupuk kimia. Pemakaian pupuk seperti ini dalam jangka waktu yang lama bukan memberikan hasil yang positif, melainkan hasil yang negatif karena pupuk kimia dapat merusak ekosistem. Untuk itu diperlukan sesuatu zat yang bukan hanya menyehatkan, tetapi juga ramah terhadap lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal itu adalah pemberian pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang dapat digunakan, di antaranya pupuk hijau daun kelor dan  pupuk kandang ayam. Kedua pupuk ini mengandung unsur hara baik makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman cabai merah (Erida Nurahmi et al, 2011).
          Pupuk hijau merupakan salah satu sumber bahan organik yang berasal dari bahan tanaman kelor yang belum terdekomposisi. Umumnya daun tanaman kelor yang digunakan sebagai pupuk hijau mempunyai kandungan N yang tinggi sekitar  3,01%, bahan Kering 22,1%, protein Kasar 23,5 %, kalsium (Ca) 1,35 %, fosfor (P) 0,07 %, kalium (K) 2,12 % (Havlin et al, 2002).
          Pengaplikasian pupuk hijau daun kelor ada dua cara yaitu dengan membenamkan dan dipakai sebagai mulsa. Aplikasi dengan pembenaman lebih efektif daripada dengan cara dimulsakan, karena dapat mengurangi terjadinya evaporasi pada bahan organik. Pembenaman pupuk hijau yang segar lebih baik daripada pembenaman pupuk hijau yang dicabut beberapa hari sebelum waktunya dibenamkan. Bahan organik segar apabila dibenamkan ke dalam tanah maka bahan organik tersebut akan mengalami proses dekomposisi (Hairiah, 1996).
          Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Neni Marlina (2010), yang meneliti pemanfaatan jenis pupuk kandang ayam pada cabai merah mendapatkan hasil bahwa pemanfaatan jenis pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap produksi tanaman cabai merah. Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang lebih baik terhadap produksi tanaman cabai merah dibandingkan jenis pupuk kandang kotoran kambing dan sapi. Pemberian bahan organik juga berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah.
          Pupuk kandang ayam ialah pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan bilogi tanah. Selain dapat memperbaiki sifat tanah, pupuk kandang juga mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Syekhfani (2000) pupuk kandang ayam berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah dan pupuk kandang ayam juga mengandung N 1,62% dan P 1,82 % .  Oleh karena itu, penggabungan penggunaan pupuk kandang dan pupuk hijau perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil  produktifitas tanaman cabai merah yang lebih baik.
          Berdasarkan latar belakang inilah saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pupuk hijau daun kelor dan pupuk kandang ayam  terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah di wilayah Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen.







 1.2.   Perumusan Masalah
          Bagaimana aplikasi pupuk hijau  daun kelor dan pupuk kandang ayam  terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah.
1.3.    Tujuan Penelitian
          Berdasarkan latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh     aplikasi pupuk hijau daun kelor dan pupuk kandang ayam  terhadap pertumbuhan dan          hasil      tanaman cabai merah.
 1.4.   Hipotesis
          Pemberian pupuk hijau  daun kelor dan pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap        pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
          Menurut (Harpenas, 2010), taksonomi tanaman cabai merah secara umum diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi                : Spermatophyta
Sub divisi          : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae          
Ordo                : Solanales
Famili          : Solanaceae
Genus               : Capsicum
Spesies             : Capsicum annum L
2.2.    Morfologi tanaman cabai merah
2.2.1. Akar
          Menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25 - 35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Sedangkan menurut (Tjahjadi,1991) akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil-kecil dan membentuk masa yang rapat.
2.2.2. Batang
          Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20 - 28 cm dengan diameter 1,5 - 2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5 - 7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5 - 1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Sedangkan menurut  (Tjahjadi,1991) batang cabai memiliki Batang berkayu, berbuku - buku, percabangan lebar, penampang  bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau, tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50 - 150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku - buku yang panjang tiap ruas 5 - 10 cm dengan diameter data 5 - 2 cm.
2.2.3. Daun
          Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati , lonjong, atau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9 - 15 cm dengan lebar 3,5 - 5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5 - 2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5 - 12 cm, lebar 1- 5 cm, berwarna hijau.
2.2.4. Bunga
          Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. Bunga cabai merupakan bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari ketiak daun. (Tjahjadi, 2010), menyebutkan bahwa posisi bunga cabai menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5 - 6 helai, panjangnya 1-1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.
2.2.5. Buah dan Biji
          Buah cabai menurut (Anonim, 2010), buahnya buah buni berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1- 2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.


2.3.    Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah
2.3.1. Iklim
Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga terhadap tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24 – 28 °C. Pada suhu tertentu seperti 15 °C dan lebih dari 32 °C akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. (Tjahjadi, 1991), mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:
1.      Sinar Matahari
            Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila          penyinaran tidak           penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
2.      Curah Hujan
            Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga      memerlukan      pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang          dikehendaki yaitu          800 - 2000       mm/tahun.
3.      Suhu dan Kelembaban
            Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.       Adapun suhu    yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21 °C           – 28 °C, malam hari 13 °C       – 16 °C, untuk kelembaban tanaman 80%.
4.      Angin
            Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin             berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.
2.3.2. Ketinggian Tempat
          Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal (Harpenas, 2010).
2.3.3. pH
          Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6 – 7, tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik) sangat disukai (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991), tanaman cabai dapat tumbuh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung unsur - unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang menggenang.
2.4.    Pupuk Hijau  
          Pupuk hijau berfungsi sebagai sumber dan penyangga unsur hara melalui proses dekomposisi dan peranannya terhadap penyedia bahan organik tanah dan mikroorganisme tanah. Bahan organik ini mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Pemberian pupuk hijau dapat memperbaiki sifat fisika tanah antara lain berat volume tanah, total ruang pori tanah, pori aerasi tanah dan air tanah tersedia (Barus dan Suwardjo, 1986 diacu dalam Juarsah, 1999).            
          Penambahan pupuk hijau berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum melapuk merupakan pelindung tanah dari kekuatan perusak butir-butir hujan pada permukaan tanah. Pupuk hijau dalam tanah akan mengalami perombakan dan penguraian, senyawa-senyawa yang dilepaskan menjadi bentuk-bentuk senyawa tersedia bagi tanaman. Semakin banyak bahan pupuk hijau diberikan ke tanah, akan meningkatkan kemampuan tanah menyerap dan meningkatkan kandungan air tanah. Pupuk hijau adalah larutan yang mudah larut berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Kelebihan dari pupuk hijau yaitu dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pupuk hijau atau pupuk organik berisi larutan dari hasil pembusukan bahan organik yang berasal dari daun kelor yang di ekstrak memiliki kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito, 2012). 
2.5.    Pupuk Kandang Ayam
          Pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan produksi kedelai telah dilaporkan antara lain oleh Melati (1990) dan Seviana (2003). Kotoran ayam merupakan sumber hara yang penting karena mempunyai kandungan nitrogen dan fosfat yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang lain seperti yang dilaporkan antara lain oleh Donahue et al. (1977). Akan tetapi, hasil penelitian Sadikin (2004) menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi menyebabkan pertumbuhan dan produksi nilam lebih tinggi daripada yang mendapatkan pupuk kandang kambing dan ayam, meskipun kandungan hara dalam pupuk kandang kambing lebih tinggi daripada pupuk kandang ayam dan sapi. Berbagai hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya untuk mempelajari lebih lanjut penggunaan pupuk kandang dalam budidaya kedelai panen muda secara organik.
          Menurut Bayu (2011), Kotoran ayam ini mempunyai kadar hara P lebih tinggi dari kotoran hewan yang lain yaitu 1,82 %. Fosfor yang tinggi ini sangat bermanfaat dalam pembentukan buah. Sedangkan untuk kotoran kambing mempunyai kadar hara N lebih tinggi dari kotoran hewan yang lain yaitu 2,43%. Nitrogen yang tinggi ini bisa digunakan dalam menjaga kesuburan tanah.
          Dari hasil penelitian Hanafiah (1989) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam setelah 8 minggu dapat memperbaiki sifat kimiawi tanah Latosol Subang. Peningkatan takaran pupuk kandang diikuti oleh naiknya pH, kadar Ca-dd, C-organik, N total, C/N, dan H-dd, serta turunnya kadar Aldd dan Fedd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat kimiawi tanah.
          Penggunaan pupuk kandang dan pupuk hijau secara bersama-sama mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman tidak dilakukan dengan peningkatan dosis yang diberikan pada tanaman. Penggunaan pupuk kandang dengan dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan bakteri pengurai tanah sangat aktif dan menyebabkan tanah menjadi masam dan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Unsur hara yang dimiliki pupuk kandang lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk hijau, namun kandungan masing-masing unsur hara pada pupuk kandang lebih sedikit dibandingakan dengan pupuk hijau. Pupuk kandang mengandung N 1,62% sedangkan pupuk hijau mengandung N 3,01%.
          Pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau secara bersamaan mampu melengkapi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Oleh karena itu, penggabungan penggunaan pupuk kandang dan pupuk hijau perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi yang baik. Terbukti penambahan pupuk kandang di Andisol mampu meningkatkan pori memegang air sebesar 4,73 % (dari 69,8 % menjadi 73,1 %) (Tejasuwarna, 1999). Pada tanah berlempung dengan penambahan bahan organik akan meningkatkan infiltrasi tanah akibat dari meningkatnya pori meso tanah dan menurunnya pori mikro.
         


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.      Tempat dan Waktu Penelitian
            Penelitian ini akan dilakukan diatas toko lantai tiga menggunakan polybag berukuran 15 x 35 cm sebagai tempat media tanam yang berlokasi di desa matang glumpang dua meunasah dayah kecamatan peusangan kabupaten bireuen, pada ketinggian tempat 206 dpl.
3.2.      Alat Dan Bahan
            Alat yang digunakan meteran, cangkul, skop, pisau, ember, gembor, alat semprot (hand spayer), timbangan, alat tulis dan alat-alat yang digunakan dalam penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor, kotoran ayam, polybag, banih cabai merah TM 999 pupuk NPK, pupuk KCL, dan air bersih.
3.3.      Metode Penelitian
            Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor yang diuji yaitu :
P0        = tanpa pupuk hijau daun kelor dan pupuk kandang ayam
P1        = pupuk hijau daun kelor 1 kg dan pupuk kandang ayam 1 kg
P2        = pupuk hijau daun kelor 2 kg dan pupuk kandang ayam 2 kg
P3        = pupuk hijau daun kelor 3 kg dan pupuk kandang ayam 3 kg
P4        = pupuk hijau daun kelor 4 kg dan pupuk kandang ayam 4 kg

3.4.      Pelaksanaan Penelitian
1.      Pembuatan Pupuk Hijau           
Pupuk yang digunakan berasal dari daun kelor. Mula–mula daun ini dipetik, kemudian dipisahkan dari batangnya, dimasukan kedalam ember. Setiap perlakuan berisi 10 kg daun segar yang telah dicincang, kemudian dibenamkan kedalam tanah pada bedengan budidaya cabai merah (Jusuf, 2006 ).
2.      Persiapan dan Perlakuan Benih
            Benih cabai yang akan digunakan yaitu varietas benih cabai yang sudah dilakukan uji kompatibilitas dan yang bersimbiosis baik yaitu varietas TM 999. Benih cabai di rendam dengan air bersih selama 12 jam           kemudian dikecambahkan selama 3-4 hari.
3.      Persemaian
            Setelah benih berkecambah, benih akan di pindahkan ke persemaian.    Persemaian       dilakukan didalam polibag persemaian yang telah   dipersiapkan terlebih dahulu      dengan media Andisol. Selama di          persemaian dilakukan perawatan seperti         penyiraman dan pengendalian    OPT dengan pestisida nabati.
4.      Persiapan Media Tanam
            Media tanam terdiri dari Andisol yang telah di ayak, tanah sebagai media           tanam   diperoleh dari Desa Meunasah dayah. Media tanam dimasukkan      kedalam polibag ukuran 15 x 35 (cm).

5.      Penanaman
            Penanaman akan dilakukan pada saat tanaman cabai berumur 23 hari di            persemaian. Sebelum dilakukan penanaman, media di siram air sampai   kapasitas lapang. Penanaman akan dilakukan serentak dengan bibit       yang seragam secara visual.
6.      Pemeliharaan
            Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan susulan menggunakan     NPK Mutiara   ¼ dosis yaitu 250 kg/ha atau 2,5 gram/polibag pada umur          30 hari setelah tanam,   pengendalian OPT dengan cara fisis,     mekanis dan pestisida nabati, pembuangan    wiwilan, pemasangan ajir dan    pengikatan.
7.      Pemanenan
            Pemanenan dilakukan pada saat buah cabai berwarna merah dimulai pada         umur 90            hari setelah penanaman. Pemanenan dilakukan dengan         interval waktu 5 hari sekali.

3.5.      Pengamatan
            Adapun faktor-faktor yang akan diamati dalam penelitian ini meliputi:
1.      Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang utama tanaman dari atas permukaan media tumbuh sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 2 s/d dengan 8 minggu setelah tanam
2.      Jumlah Cabang Utama
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang tanaman yang menghasilkan bunga dan buah. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 9 minggu setelah tanam atau tanaman telah mulai barbunga.b
3.      Jumlah Cabang Produktif
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang tanaman yang menghasilkan bunga dan buah. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 9 minggu setelah tanam atau tanaman telah mulai barbunga.
4.      Jumlah Bunga
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah
5.      Umur Berbunga
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman dari saat tanam sampai tanaman membentuk bunga pada masing-masing polybag
6.      Jumlah Buah (buah)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada saat pemanenan.
7.      Panjang  Buah (cm)
            Jumlah buah cabai merah yang dipanen di ukur setiap kali pemanenan.
8.      Bobot Buah (g)
Cabai yang akan di panen ditimbang beratnya selama 8kali panen dengan interval panen 5 hari sekali.
3.6.    Analisis Data
            Model matematis dari rancangan yang digunakan adalah:
Yijk =  + Ki + Fj + (KF)ij + Bk + ijk
Keterangan :
Yijk = Variabel respon karena pengaruh faktor K taraf ke – i dengan faktor F taraf ke – j ulangan.
 = Nilai tengah populasi (rata – rata sesungguhnya)
Mi = Pengaruh faktor K taraf ke – i
Kj = Pengaruh faktor F taraf ke - j
(MK)ij = Pengaruh interaksi antara faktor K taraf ke – i dengan fakto F taraf ke – j
Bk = Pengaruh faktor dari kelompok ke k
ijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke F yang memperoleh kombinasi perlakuan ij



DAFTAR PUSTAKA

Barus.s.and Juarsah.1999. Pupuk dan cara pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Harpenas, Asep dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul, Cabai Besar, Cabai Keriting, Cabai Rawit dan Paprika. Jakarta: Swadaya.
Syukur, Muhamad. 2013. Cabai Prospek Bisnis dan Teknologi Mancanegara. Bogor: Swadaya
Marlina, Neni. 2010. Pemanfaatan Jenis Pupuk Kandang Pada Cabai Merah
(Capsicum annum). Jurnal Pemanfaatan Jenis Pupuk Kandang.
Syekhfani. 2000. Arti penting bahan organik bagi kesuburan tanah. Jurnal Penelitian Pupuk Organik.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai Tsai). Yayasan Pustaka      Nusantara. Yogyakarta.

Djarwaningsih, T.1984. Jenis-jenis Cabai di Indonesia, dalam Penelitian Peningkatan     Pendayagunaan Sumber Daya Alam, hlm 232-235.
Hewindati, Yuni Tri dkk. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sunarjono, H. 1992. Budidaya Cabai Merah. Penerbit Sinar Baru. Bandung.
Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Seviana. 2003. Pengaruh Pemupukan dengan  Menggunakan Kotoran Ayam dan Rock             Phosphate terhadap Pertumbuan dan Produksi Kedelai (Glycine max(L.) Merr.).      Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor.             Bogor. 41 hal.

 Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Grafindo Prasada. Jakarta. 360 hlm.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Melati, M. dan W. Andriyani. 2005. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk hijau
Calopogonium mucunoides terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
(Glicine max (L.) Merr) panen muda yang dibudidayakan secara organik. Bul.
Agron. 33(2):8-15.
Donahue, R.L., R.W. Miller, J.C. Shickluna. 1977. An Introduction to Soils and Plant Growth, 4th ed. Prentice-Hall, Inc. New Jersey
Tejasuwarno, 1999. Pengaruh pupuk kandang terhadap hasil wortel dan sifat fisik tanah. Konggres Nasional VII. HITI. Bandung.


Krisnadi, D. 2012. Ekstrak Daun Kelor Tingkatkan Hasil Panen. Tersedia         http://kelorina.com/daun-kelor-tingkatkan-hasil-panen/..

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Tumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Jakarta : Raja       Grafindo Persada.

Liferdi L., R. Poerwanto., A.D. Susila, K. Idris, dan I.W. Mangku. 2009. Korelasi       kadar hara        fosfor daun dengan produksi tanaman manggis. J. Hort. 18(3): 283-292

Lingga dan Marsono.2008.Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar         Swadaya.         Mahmud, Z. 2006.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale and W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and
Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Seventh Edition.

Pearson. Prentice Hall. New Jersey.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home