Tuesday 10 October 2017

Proposal Judul Skripsi pengaruh kompos serbuk kayu sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1     Latar belakang
          Bunga Kol (Brassica oleraceae) merupakan tanaman sayur spesies (Brassicaceae). Bunga kol juga salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis–kubisan (Cruciferae). Bagian bunga kol yang sering dimanfaatkan memang bunganya atau disebut dangan “Curd” yang tersusun dari rangkaian bunga kecil bertangkai pendek, berwarna putih atau kuning (tergantung jenis), padat, dan berdaging tebal massa bunga kol umumnya berwarna putih bersih atau putih kekuning–kuningan (Fitriani, 2009).
            Bunga kol mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, bunga kol dapat membantu pencernaan, menetralkan zat–zat asam dan memperlancar buang air besar. Komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g bunga kol adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1 (0,1 mg), vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g). Budidaya tanaman bunga kol secara umum dapat dilakukan pada semua jenis tanah. Pertumbuhan bunga kol akan ideal jika ditanam pada tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik.

          Tanaman bunga kol juga memerlukan tanah yang subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Salah satu sumber bahan organik ialah kompos serbuk kayu yang berasal dari limbah industri penggergajian kayu. Kompos serbuk kayu merupakan sumber pupuk organik yang banyak mengandung unsur hara. Pemberian kompos serbuk kayu cenderung meningkatkan KTK tanah sehingga menjadikan unsurunsur hara dalam tanah menjadi lebih tersedia bagi tanaman untuk melakukan proses pertumbuhan hingga optimal yang pada akhirnya hasil produksi meningkat (Simanungkalit, dkk., 2006). Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Tanah pertanian yang baik dan produktif adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan jasad hidup (mikro dan makro organisme) (Pracaya, 2006 ).

          Respirasi akar yang baik memerlukan tanah teraerasi, yaitu pertukaran gas yang terjadi antara udara tanah dan atmosfer pada kecepatan tertentu untuk menghindari kekurangan O2 dan CO2 berlebihan yang terbentuk dalam zona perakaran. Mikroorganisme tanah juga bernafas, dan pada kondisi kurang udara, organisme ini akan bersaing dengan akar tanaman. Laju difusi gas pada fase gas umumnya lebih besar dibandingkan pada fase cair. Oleh sebab itu aerasi tanah sangat tergantung pada fraksi volume pori yang terisi udara. Terhambatnya aerasi disebabkan oleh drainase buruk dan penggenangan air atau dari pemadatan mekanis pada tanah dapat menghambat pertumbuhan tanaman, dan media hidup mokroorganisme tanah.
          Kompos serbuk kayu memiliki kadar unsur hara yang cukup seperti N 1,33%, P 0,7%, K 0,60%, Ca 1,44%, Mg 0,20%, dan Mn 259 mg. Dalam proses mineralisasi unsur hara akan dilepas mineral-mineral hara untuk tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan langsung oleh tanaman. Penguraian bahan-bahan organik secara mikrobiologi merupakan langkah penting untuk melepaskan ikatan nutrient di dalam sisa bahan organik sehingga menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman bunga kol (Rao, 2007).
            Kompos serbuk kayu sangat cocok sebagai media tanam karena memiliki kadar porositas (tingkat pori tanah) yang tinggi namun masih bisa diatur kepadatannya. Sehingga bisa mendapatkan tingkat porositas yang di inginkan dengan mengatur rasio air yang diberikan (Hendra, 2007).
          Pengaruh serbuk kayu terhadap sifat fisika tanah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase lambat, dan pori makro merupakan pori drainase cepat. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Penambahan bahan organik berupa kompos serbuk pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Simalango, 2009).
            Kompos serbuk kayu mempunyai tekstur yang ringan, sehingga akar tanaman akan lebih cepat tumbuh dan berkembang, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah. Kompos akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat (Manglayang, F. 2005).
          Berdasarkan latar belakang inilah saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kompos serbuk kayu sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol di wilayah Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

1.2.    Perumusan Masalah
          Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana        pengaruh kompos serbuk kayu sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol.
1.3.    Tujuan Penelitian
          Berdasarkan latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui            pengaruh serbuk kayu sebagai media tanam terhadap pertumbuhan   dan      hasil tanaman  bunga kol.
1.4.    Hipotesis
          Pemberian kompos serbuk kayu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan    dan hasil tanaman bunga kol.
           

TINJAUAN PUSTAKA
BAB II

2.1.    Taksonomi Tanaman bunga Kol (Brassica oleracea var. botrytis L.)
          Bunga kol merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae. Menurut cahyono (2001), taksonomi tanaman kembang kol secara umum diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub – divisio   : Angiospermae
Class                : Dicotyledonae
Familia            : Cruciferae
Genus              : Brassica
Species            : Brassica oleracea var. botrytis L.
Sub-varietas    : cauliflora DC

2.2.    Morfologi tanaman bunga kol
2.2.1. Akar
          Bunga kol memiliki akar tunggang dengan bulu akar yang tumbuh seperti akar serabut, akar tanaman bunga kol tumbuh tegak lurus ke dalam tanah,, menyebar dan dangkal (20 cm - 30 cm). Akar ini berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Sistem perakaran yang dangkal itu membuat tanaman ini dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porous (Cahyono, 2001).
2.2.2.   Batang
            Batang tanaman bunga kol tumbuh tegak dan pendek (sekitar 30 cm). Batang tersebut berwarna hijau, tebal, dan lunak namun cukup kuat dan batang tanaman ini berbentuk bulat, sedikit berkayu dan berbuku-buku dengan diameter berkisar antara 6,5-11,5 cm serta panjang batang berkisar antara 14, 5-20, 5 cm. Cabang lateral mirip batang utama tetapi berukuran lebih kecil dan apabila tidak dilakukan perempelan akan menghambat laju pembungaan (Fitriani, 2009).

2.2.3. Daun
          Daun bunga kol menurut Cahyono (2001) berbentuk bulat telur (oval)dengan bagian tepi daun bergerigi, agak panjang seperti daun tembakau danmembentuk celah - celah yang menyirip agak melengkung ke dalam, daun bunga kol berwarna hijau dan tumbuh berselang -seling pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun – daun yang tumbuh pada pucuk batang sebelum massa bunga tersebut berukuran kecil dan melengkung ke dalam melindungi bunga yang sedang atau mulai tumbuh.
2.2.4. Bunga
          Massa bunga (curd) terdiri dari bakal bunga yang belum mekar, tersusun atas lebih dari 5.000 kuntum bunga dengan tangkai pendek, sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau putih kekuning–kuningan. Diameter massa bunga kol dapat mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5 kg – 1,3 kg, tergantung varietas dan kecocokan tempat tanam (Pracaya, 2006).
2.2.5. Buah dan Biji
          Tanaman kubis bunga dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran kecil dan ramping, dengan panjang antara 3 cm – 5 cm. Didalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam -hitaman. Biji–biji tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001).

           

2.3.      Syarat Tumbuh Tanaman bunga Kol
2.3.1.   Suhu
            Bunga kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan produksi sayuran ini antara 15 °C – 18 °C, dan maksimum 24 °C. Bunga kol termasuk tanaman yang sangat peka terhadap temperatur terlalu rendah ataupun terlalu tinggi, terutama pada periode pembentukan bunga. Bila temperatur terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga sebelum waktunya. Sebaliknya pada temperatur yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan tumbuhnya daun - daun kecil pada massa bunga (curd) (Pracaya, 2006).
2.3.2.   Kelembaban
             Kelembaban optimum bagi tanaman bunga kol antara 80 - 90%. Budidaya tanaman bunga kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0 - 200 m dpl) dan menengah (200 - 700 m dpl). Temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang. Tanaman tidak tahan terhadap curah hujan tinggi karena akan menyebabkan tanaman ini menjadi kekuningan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan brokoli antara 1000 – 1500 cm per tahun (Dalmadi, 2010).
2.3.3.   pH Tanah
            Kemasaman tanah yang baik untuk tanaman bunga kol antara pH 5,5 - 6,5 serta mendapatkan sinar matahari penuh serta drainase yang lancar  apabila pHdi bawah 5,0 pertumbuhan tanaman menjaditerganggu,terkadang tumbuh daun memanjang kecil yang biasa disebut ekor cambuk (Wahyudi, 2010).
            Menurut Pracaya (2006), Pada tanah- tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan bunga kol sering mengalami hambatan, mudah terserang penyakit akar bengkak atau “Clubroot” yang disebabkan oleh Cendawan Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya, pada tanah- tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari 6,5), tanaman bunga kol sering terserang penyakit kaki hitam (blackleg) akibat cendawan Phoma lingam. Tanah demikian perlu penanganan lebih dahulu, yakni dengan pengapuran pada tanah asam atau pemberian bubuk Belerang (S) untuk tanah basa.
2.4.    Media Tanam Bunga Kol      
          Media tanam berfungsi sebagai tempat berjangkarnya akar, penyedia air, unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan dan aktivitas mikroba tanah. Media tanam untuk budidaya tanaman bunga kol harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik, bahan organik tersebut dapat berupa kompos serbuk kayu yang memiliki fungsi sebagai penyediaan rongga udara,  dengan demikian proses penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman bunga kol dapat berlangsung secara optimal. Penggunaan kompos serbuk kayu sebagai media tanam telah banyak dilakukan dan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol.
          Kompos serbuk kayu berasal dari serbuk kayu berbentuk butiran-butiran halus yang terbuang saat kayu dipotong dengan gergaji. Jumlah serbuk kayu yang dihasilkan dari pengrajin-pengrajin kayu seperti produksi perabotan rumah tangga. Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH) pada kilang penggergajian di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan bahwa rendemen rata-rata penggergajian adalah 45 persen, sisanya 55 persen berupa limbah. Sebanyak 10 persen dari limbah penggergajian tersebut merupakan serbuk kayu.
          Serbuk kayu sebagai limbah industri perabotan rumah tangga pemanfaatannya secara ekonomis masih belum optimal dan juga keberadaan serbuk kayu tersedia dalam jumlah banyak bahkan di bakar masyarakat dan penyebab polusi udara. Secara alami bahan organik yaitu serbuk gergaji akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan. Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos serbuk kayu, kompos tersebut dapat dimafaatkan sebagai media tanam yang sangat membantu dalam kelangsungan pertumbuhan tanaman karena kompos serbuk kayu memiliki unsur hara seperti tanah (Isro’i, 2008).
          Kompos serbuk kayu merupakan bahan organik yang telah mengalami degradasi/penguraian/pengomposan sehingga berubah bentuk dan sudah tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman, dan tidak berbau. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat  (Indriani, 2007). Kompos serbuk kayu memiliki kandungan yang berpotensi menyediakan unsur hara seperti N 1,33%, P 0,7%, K 0,60%,  Ca 1,44%, Mg 0,20% bagi tanaman, sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman bunga kol akan tercukupi. Kadar N pada kompos serbuk kayu memberikan efek menstimulir pertumbuhan pada phase vegetatif yang juga merupakan unsur pengatur absorpsi kalium (K) dan phosphor (P). Sejalan dengan pendapat ini, menyatakan tanaman menyerap N dalam bentuk NO3 dan NH4 untuk membentuk asam amino dan protein serta jaringan tanaman yang menduduki komposisi 1 4 % bobot kering tanaman (Setiyo, 2007).
          Kompos serbuk kayu sebagai media tanam dapat menyediakan bahan bahan asam amino dan protein yang siap membangun jaringan pertumbuhan tanaman termasuk mengandung zat tumbuh yaitu auksin yang berperan dalam memacu pertumbuhan akar dan jaringan sehingga daya serap akar terhadap unsur hara makro dan mikro sangat efektif. Nitrogen dibutuhkan sebagai komponen asam amino dalam pembentukan protein, khlorofil serta dalam pembelahan selsel/jaringan tanaman (yuwono,2006).
            Penggunaan kompos serbuk kayu sebagai media tanam sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat antara lain, menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman bunga kol, mengemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama, mencegah lapisan kering pada media tanam tanaman bunga kol, mencegah beberapa penyakit akar, dan menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan (Hadisumitro, 2009).
          Kompos serbuk kayu dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah (isroi, 2008).
          Kompos sebuk kayu berpengaruh terhadap pH tanah dapat meeningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan kompos yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. ilaporkan bahwa penamhan bahan organik pada tanah masam, antara lain inseptisol, ultisol dan andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Suntoro,2002). Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila kompos yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa, peran kompos serbuk kayu terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Kondisi pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH 5,5 – 7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik. Demikian juga mikroorganisme yang menguntungkan bagi akar tanaman juga akan berkembang dengan baik   



BAB III

METODE PENELITIAN
3.1.      Tempat dan Waktu Penelitian
            Penelitian ini akan dilakukan diatas toko Aneka Karya lantai tiga menggunakan polybag berukuran 15 x 35 cm sebagai tempat media tanam yang berlokasi di Desa Matang Glumpang Dua Meunasah Dayah Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen, pada ketinggian tempat 206 m dpl.
3.2.      Alat Dan Bahan
            Alat yang digunakan meteran, cangkul, skop, pisau, ember, gembor, alat semprot (hand spayer), timbangan, alat tulis dan alat-alat yang digunakan dalam penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompos serbuk kayu, tanah andisol polybag, banih bunga kol varietas mona f1 cap panah merah, pupuk NPK, pupuk KCl, dan air bersih.
3.3.      Metode Penelitian
            Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) nonfaktorial dengan 3 ulangan. Faktor yang diuji yaitu :
            K0       = tanah
            K1       = kompos serbuk kayu
            K2       = 1 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
            K3       = 2 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
            K4       = 3 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
            K5       = 4 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
3.4.      Pelaksanaan Penelitian
a.       Persiapan media tanam
11
 
Kompos serbuk kayu dicampur dengan tanah dengan perbandingan (1:1), (2:1), (3:1), (4:1), campuran media tanam kedalam polybag ukuran 15 x 35 cm. Persiapan media tanam dilakukan satu  minggu setelah benih tanaman bunga kol disemai.

b.      Persemaian benih
Benih disemai dalam polybag sebanyak 1 benih perlubang dengan kedalam 0,1 cm. Media penyemaian adalah campuran kompos serbuk kayu dengan tanah halus (2:1) disiram air sampai basah dan ditutup dengan daun kelapa kering selama 5 hari, 15  hari setelah semai benih bunga kol siap dipindahkan kedalam polybag berukuran 15 x 35 cm.
c.     Penanaman
Bibit yang berumur 15  hari setelah semai dipindahkan ke kedalam polybag berukuran       15 cm x 35 cm yang sudah terisi media tanam,bibit dikeluarkan dalam polybag semai         dengan cara menggunting polibag dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar.          
d.    Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore. Penyiraman dihentikan jika terjadi curah hujan dengan intensitas yang tinggi.
e.       Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah perawatan tanaman dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
f.       Penyulaman
Untuk tanaman bunga kol yang rusak ( tidak sehat ) atau yang mati harus diganti dengan tanaman baru atau yang lazim disebut penyulaman. Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 MST.

g.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Penyiangan dihentikan pada akhir fase vegetatif.

h.      perempelan
Untuk tunas yang keluar dari cabang, dilakukan perempelan agar ukuran dan kualitas massa bunga dapat terbentuk optimal. Setelah massa bunga terbentuk, agar massa bunga ternaungi dari cahaya matahari, maka daun-daun tua diikat. Penaungan berfungsi untuk mempertahankan warna bunga kol agar tetap putih.


i.        Pemupukan
Pemberian pupuk susulan sebanyak 3 kali dilakukan selama masa pertumbuhan:
·         Pertama, diberikan 15 HST yang terdiri dari NPK 0.5 kg/90 plot, dan KCl 0.5 kg/90 plot.
·         Kedua, diberikan 25 HST yang terdiri dari NPK 1 kg/90 plotdan KCl 1 kg/90 plot.
·         Ketiga, diberikan 35-40 HST yang terdiri dari NPK 1,5 kg/ 90 plot, dan KCl 1,5 kg/90 plot.
j.        Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai bunga kol kemudian dibungkus dengan kertas supaya tidak mengalami masalah dalam penanganan pasca panen.
3.5.    Pengamatan
          Pengamatan dalam penelitian ini akan meliputi beberapa parameter, adapun   parameter yang diamati adalah:
1.    Tinggi tanaman bunga kol
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada umur 15, 30, 45 hari setelah tanam. Tinggi tanaman bunga kol diukur dengan menggunakan meteran dari permukaan tanah sampai keujung yang tertinggi.
2.    Jumlah daun
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam dengan cara menghitung perdaun tanaman bunga kol.
3.    Diameter batang
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam dengan cara mengukur diameter batang tanaman bunga kol.        

4.    Diameter massa bunga kol
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada umur 45 dan 50 hari setelah tanam dengan cara mengukur diameter massa bunga tanaman bunga kol.

5.    Berat bunga kol
Dilakukan pada tanaman sampel dengan cara memisahkan bunga kol dari batangnya, kemudian bunga kol dikemas sesuai keperluan untuk ditimbang berat bobot bunga kol.
3.6.    Analisis Data
          Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik sidik            ragam pada taraf 5%. Apabila uji F berpengaruh nyata akan dilanjutkan            dengan BNT.


Lampiran 1                              BAGAN PERCOBAAN
 


















          Jarak antar polybag        :  50  cm
          Jarak antar plot              : 100 cm
          Jarak antar ulangan        : 100 cm
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik . 2007. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006. Jakarta_____. 2009. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2003 -2008.             Jakarta.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2004. Profil Komoditas Kubis. Departemen      Pertanian, Jakarta.
Cahyono, B. (2001). Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius,Yogyakarta. Halaman    12-14.
Dalmadi. 2010. SyaratTumbuh Brokoli. Jakarta:Direktorat Jenderal Holtikultura.
Fitriani, M. L. 2009. Budidaya Tanaman  Kubis Bunga ( Brassica    oleracea var     botrytis L.) di Kebun Benih  Hortikultura KBH       Tawangmangu.            [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hendra, D. 2007. Pembuatan Arang Aktif dari Limabah Pembalakan Kayu Puspa
          dengan Teknologi Produksi Skala Semi Pilot. Jurnal Penelitian Hasil Hutan   Vol. 25 No. 2, April 2007: 93-107. Bogor.
Hadisumitro, L. M., 2009. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
Isroi, 2008. Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan       Indonesia,           Bogor.http://id.wikipedia.org/wiki/kompos
Indriani, Y. H., 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta.Penebar Swadaya.
Manglayang, F. 2005. Keunggulan dan Kekurangan Kompos. Tersedia dalam:
          http://manglayang.blogsome.com/dardjat-kardin-teknologi-kompos/8-
          keunggulan-dan-kekurangan-kompos/
Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polybag . Penebar    Swadaya, Jakarta
Putri, A.I. 2008. Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana.       Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 21(1) : 1-8.
Rao, S,. (2007). Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.Edisi ke-2,.     Terjemahan dari:Soil Mikroorganism and Plant Growth. Jakarta: Universitas         Indonesia
Simanungkalit, dkk. 2006. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian         Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian .
Simalango, E. 2009. Keuntungan Menggunakan Pupuk Organik. menggunakan-     pupuk-organik
Suntoro, 2002. Prediksi Pengaruh Aktivitas Asam Organik Hasil Dekomposisi       Berbagai Sumber Bahan Organik Terhadap Fe, Al dan Ketersediaan P di          Oxic Dystrudept, Sains Tanah. Vol 1(2):17-23
Setiyo, Y. 2007. Kajian tingkat pencemaran udara oleh gas NH3 dan H2S pada     proses pengomposan secara aerob. Jurnal Agrotekno 13 : 25—28
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta: Agro MediaPustaka.
Yuwono, D. 2006. Kompos. Jakarta. Penebar Swadaya.
                                                       
.



0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home