Proposal Judul Skripsi pengaruh kompos serbuk kayu sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bunga Kol (Brassica oleraceae) merupakan
tanaman sayur spesies (Brassicaceae). Bunga kol juga salah satu anggota dari
keluarga tanaman kubis–kubisan (Cruciferae). Bagian bunga kol yang sering
dimanfaatkan memang bunganya atau disebut dangan “Curd” yang tersusun dari
rangkaian bunga kecil bertangkai pendek, berwarna putih atau kuning (tergantung
jenis), padat, dan berdaging tebal massa bunga kol umumnya berwarna putih
bersih atau putih kekuning–kuningan (Fitriani, 2009).
Bunga kol mempunyai
peranan penting bagi kesehatan manusia, karena mengandung vitamin dan mineral
yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga permintaan terhadap sayuran ini terus
meningkat. Sebagai sayuran, bunga kol dapat membantu pencernaan, menetralkan
zat–zat asam dan memperlancar buang air besar. Komposisi zat gizi dan mineral
setiap 100 g bunga kol adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat
(4,9 g), kalsium (22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A
(90,0 mg), vitamin B1 (0,1 mg), vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g). Budidaya tanaman bunga kol secara umum dapat
dilakukan pada semua jenis tanah. Pertumbuhan bunga kol akan ideal jika ditanam
pada tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik.
Tanaman bunga
kol juga memerlukan tanah yang subur, gembur dan mengandung banyak bahan
organik. Salah satu sumber bahan organik ialah kompos serbuk kayu yang berasal
dari limbah industri penggergajian kayu. Kompos serbuk kayu merupakan sumber
pupuk organik yang banyak mengandung unsur hara. Pemberian kompos serbuk kayu cenderung
meningkatkan KTK tanah sehingga menjadikan unsur‐unsur
hara dalam tanah menjadi lebih tersedia bagi tanaman untuk melakukan proses
pertumbuhan hingga optimal yang pada akhirnya hasil produksi meningkat (Simanungkalit,
dkk., 2006). Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Tanah
pertanian yang baik dan produktif adalah tanah yang banyak mengandung bahan
organik dan jasad hidup (mikro dan makro organisme) (Pracaya, 2006 ).
Respirasi akar yang baik memerlukan
tanah teraerasi, yaitu pertukaran gas yang terjadi antara udara tanah dan
atmosfer pada kecepatan tertentu untuk menghindari kekurangan O2 dan CO2 berlebihan yang terbentuk dalam zona
perakaran. Mikroorganisme tanah juga bernafas, dan pada kondisi kurang udara,
organisme ini akan bersaing dengan akar tanaman. Laju difusi gas pada fase gas
umumnya lebih besar dibandingkan pada fase cair. Oleh sebab itu aerasi tanah
sangat tergantung pada fraksi volume pori yang terisi udara. Terhambatnya
aerasi disebabkan oleh drainase buruk dan penggenangan air atau dari pemadatan
mekanis pada tanah dapat menghambat pertumbuhan tanaman, dan media hidup
mokroorganisme tanah.
Kompos serbuk kayu memiliki kadar unsur
hara yang cukup seperti N 1,33%, P 0,7%, K 0,60%, Ca 1,44%, Mg 0,20%, dan Mn
259 mg. Dalam proses mineralisasi unsur hara akan dilepas mineral-mineral hara untuk
tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah
tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif
lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan langsung oleh tanaman.
Penguraian bahan-bahan organik secara mikrobiologi merupakan langkah penting
untuk melepaskan ikatan nutrient di dalam sisa bahan organik sehingga menjadi
bentuk yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman bunga
kol (Rao, 2007).
Kompos serbuk kayu sangat cocok
sebagai media tanam karena memiliki kadar porositas (tingkat pori tanah) yang
tinggi namun masih bisa diatur kepadatannya. Sehingga bisa mendapatkan tingkat
porositas yang di inginkan dengan mengatur rasio air yang diberikan (Hendra,
2007).
Pengaruh serbuk
kayu terhadap sifat fisika tanah terhadap peningkatan porositas tanah.
Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi
bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat
dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering
dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase lambat,
dan pori makro merupakan pori drainase cepat. Pori dalam tanah menentukan
kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara
dan tata air yang baik. Penambahan bahan organik berupa kompos serbuk pada
tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan
menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air
(Simalango, 2009).
Kompos serbuk kayu
mempunyai tekstur yang ringan, sehingga akar tanaman akan lebih cepat tumbuh
dan berkembang, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah. Kompos akan
meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah
untuk pertumbuhan tanaman meningkat (Manglayang, F. 2005).
Berdasarkan latar belakang inilah saya
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kompos serbuk kayu
sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol di wilayah
Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kompos serbuk kayu sebagai media
tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bunga kol.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh serbuk kayu sebagai media
tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol.
1.4. Hipotesis
Pemberian kompos serbuk kayu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga kol.
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
2.1. Taksonomi Tanaman bunga Kol (Brassica
oleracea var. botrytis L.)
Bunga kol merupakan
tanaman sayur famili Brassicaceae. Menurut cahyono (2001), taksonomi tanaman
kembang kol secara umum diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub – divisio : Angiospermae
Class :
Dicotyledonae
Familia : Cruciferae
Genus : Brassica
Species : Brassica
oleracea var. botrytis L.
Sub-varietas : cauliflora DC
2.2. Morfologi tanaman bunga kol
2.2.1. Akar
Bunga
kol memiliki akar tunggang dengan bulu akar yang tumbuh seperti akar serabut, akar tanaman bunga kol tumbuh tegak lurus ke
dalam tanah,, menyebar dan dangkal (20 cm - 30 cm). Akar ini berfungsi menyerap air dan zat
makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.
Sistem perakaran yang dangkal itu membuat tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porous (Cahyono, 2001).
2.2.2. Batang
Batang tanaman bunga
kol tumbuh tegak dan pendek (sekitar 30 cm). Batang tersebut berwarna hijau,
tebal, dan lunak namun cukup kuat dan batang tanaman ini berbentuk bulat,
sedikit berkayu dan berbuku-buku dengan diameter berkisar antara 6,5-11,5 cm
serta panjang batang berkisar antara 14, 5-20, 5 cm. Cabang lateral mirip
batang utama tetapi berukuran lebih kecil dan apabila tidak dilakukan
perempelan akan menghambat laju pembungaan (Fitriani, 2009).
2.2.3. Daun
Daun bunga
kol menurut Cahyono (2001) berbentuk bulat telur (oval)dengan bagian tepi daun
bergerigi, agak panjang seperti daun tembakau danmembentuk celah - celah yang
menyirip agak melengkung ke dalam, daun bunga kol berwarna hijau dan tumbuh
berselang -seling pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang agak panjang
dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun – daun yang tumbuh pada pucuk
batang sebelum massa bunga tersebut berukuran kecil dan melengkung ke dalam
melindungi bunga yang sedang atau mulai tumbuh.
2.2.4. Bunga
Massa bunga (curd) terdiri
dari bakal bunga yang belum mekar, tersusun atas lebih dari 5.000 kuntum bunga
dengan tangkai pendek, sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih
bersih atau putih kekuning–kuningan. Diameter massa bunga kol dapat mencapai
lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5 kg – 1,3 kg, tergantung varietas
dan kecocokan tempat tanam (Pracaya, 2006).
2.2.5. Buah dan Biji
Tanaman kubis bunga dapat menghasilkan
buah yang mengandung banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil
penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan
silang dengan bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran
kecil dan ramping, dengan panjang antara 3 cm – 5 cm. Didalam buah tersebut
terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam -hitaman.
Biji–biji tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono,
2001).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman bunga Kol
2.3.1. Suhu
Bunga kol merupakan
tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Kisaran temperatur optimum
untuk pertumbuhan dan produksi sayuran ini antara 15 °C – 18 °C, dan maksimum
24 °C. Bunga kol termasuk tanaman yang sangat peka terhadap temperatur terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi, terutama pada periode pembentukan bunga. Bila
temperatur terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga
sebelum waktunya. Sebaliknya pada temperatur yang terlalu tinggi, dapat
menyebabkan tumbuhnya daun - daun kecil pada massa bunga (curd) (Pracaya, 2006).
2.3.2. Kelembaban
Kelembaban
optimum bagi tanaman bunga kol antara 80 - 90%. Budidaya tanaman bunga kol juga
dapat dilakukan di dataran rendah (0 - 200 m dpl) dan menengah (200 - 700 m
dpl). Temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit
penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang. Tanaman tidak tahan terhadap curah hujan
tinggi karena akan menyebabkan tanaman ini menjadi kekuningan. Curah hujan yang
ideal untuk pertumbuhan brokoli antara 1000 – 1500 cm per tahun (Dalmadi,
2010).
2.3.3. pH Tanah
Kemasaman
tanah yang baik untuk tanaman bunga kol antara pH 5,5 - 6,5 serta mendapatkan
sinar matahari penuh serta drainase yang lancar
apabila pHdi bawah 5,0 pertumbuhan tanaman menjaditerganggu,terkadang
tumbuh daun memanjang kecil yang biasa disebut ekor cambuk (Wahyudi, 2010).
Menurut
Pracaya (2006), Pada tanah- tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan bunga
kol sering mengalami hambatan, mudah terserang penyakit akar bengkak atau
“Clubroot” yang disebabkan oleh Cendawan Plasmodiophora brassicae Wor.
Sebaliknya, pada tanah- tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari 6,5), tanaman bunga kol
sering terserang penyakit kaki hitam (blackleg) akibat cendawan Phoma lingam.
Tanah demikian perlu penanganan lebih dahulu, yakni dengan pengapuran pada
tanah asam atau pemberian bubuk Belerang (S) untuk tanah basa.
2.4. Media Tanam Bunga Kol
Media tanam berfungsi sebagai tempat berjangkarnya akar, penyedia air, unsur
hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan
dan aktivitas mikroba tanah. Media tanam untuk budidaya tanaman bunga kol harus
subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik, bahan organik tersebut dapat
berupa kompos serbuk kayu yang memiliki fungsi sebagai penyediaan rongga
udara, dengan demikian proses penyerapan
air dan unsur hara oleh tanaman bunga kol dapat berlangsung secara optimal.
Penggunaan kompos serbuk kayu sebagai media
tanam telah banyak dilakukan dan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bunga kol.
Kompos
serbuk kayu berasal dari serbuk kayu berbentuk butiran-butiran halus
yang terbuang saat kayu dipotong dengan gergaji. Jumlah serbuk kayu yang dihasilkan
dari pengrajin-pengrajin kayu seperti produksi perabotan rumah tangga. Balai
Penelitian Hasil Hutan (BPHH) pada kilang penggergajian di Sumatera dan
Kalimantan menunjukkan bahwa rendemen rata-rata penggergajian adalah 45 persen,
sisanya 55 persen berupa limbah. Sebanyak 10 persen dari limbah penggergajian
tersebut merupakan serbuk kayu.
Serbuk kayu sebagai
limbah industri perabotan rumah tangga pemanfaatannya secara ekonomis masih
belum optimal dan juga keberadaan serbuk kayu tersedia dalam jumlah banyak
bahkan di bakar masyarakat dan penyebab polusi udara. Secara alami bahan
organik yaitu serbuk gergaji akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi
waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan
kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu
perlakuan tambahan. Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator
atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba)
yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos serbuk kayu,
kompos tersebut dapat dimafaatkan sebagai media tanam yang sangat membantu
dalam kelangsungan pertumbuhan tanaman karena kompos serbuk kayu memiliki unsur
hara seperti tanah (Isro’i, 2008).
Kompos
serbuk kayu merupakan bahan organik yang telah mengalami degradasi/penguraian/pengomposan
sehingga berubah bentuk dan sudah tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman,
dan tidak berbau. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran
yang sehat (Indriani, 2007). Kompos
serbuk kayu memiliki kandungan yang berpotensi menyediakan unsur hara seperti N
1,33%, P 0,7%, K 0,60%, Ca 1,44%, Mg
0,20% bagi tanaman, sehingga unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman bunga kol akan tercukupi. Kadar N pada kompos serbuk kayu memberikan efek menstimulir pertumbuhan
pada phase vegetatif yang juga merupakan unsur pengatur absorpsi kalium (K) dan
phosphor (P). Sejalan dengan pendapat ini, menyatakan tanaman menyerap N dalam
bentuk NO3 dan NH4 untuk membentuk asam amino dan protein serta
jaringan tanaman yang menduduki komposisi 1‐ 4 % bobot kering tanaman (Setiyo,
2007).
Kompos
serbuk kayu sebagai media tanam dapat menyediakan bahan ‐ bahan
asam amino dan protein yang siap membangun jaringan pertumbuhan tanaman
termasuk mengandung zat tumbuh yaitu auksin yang berperan dalam memacu
pertumbuhan akar dan jaringan sehingga daya serap akar terhadap unsur hara
makro dan mikro sangat efektif. Nitrogen dibutuhkan sebagai komponen asam amino
dalam pembentukan protein, khlorofil serta dalam pembelahan sel‐sel/jaringan
tanaman (yuwono,2006).
Penggunaan
kompos serbuk kayu sebagai media tanam sangat baik karena dapat memberikan beberapa
manfaat antara lain, menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman bunga kol, mengemburkan
tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi,
dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama, mencegah lapisan kering pada media tanam tanaman bunga kol, mencegah beberapa penyakit akar,
dan menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan (Hadisumitro, 2009).
Kompos serbuk kayu dalam
tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah
meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam
dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping
mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik
antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing
tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau
pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur
tanah (isroi, 2008).
Kompos sebuk kayu berpengaruh
terhadap pH tanah dapat meeningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat
kematangan kompos yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. ilaporkan bahwa
penamhan bahan organik pada tanah masam, antara lain inseptisol, ultisol dan
andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah
(Suntoro,2002). Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila kompos yang kita
tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah
termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa, peran
kompos serbuk kayu terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan
proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik.
Kondisi pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada
pH 5,5 – 7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik.
Demikian juga mikroorganisme yang menguntungkan bagi akar tanaman juga akan
berkembang dengan baik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian ini akan
dilakukan diatas toko Aneka Karya lantai tiga menggunakan polybag berukuran 15
x 35 cm sebagai tempat media tanam yang berlokasi di Desa Matang Glumpang Dua Meunasah
Dayah Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen, pada ketinggian tempat 206 m dpl.
3.2. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan
meteran, cangkul, skop, pisau, ember, gembor, alat semprot (hand spayer),
timbangan, alat tulis dan alat-alat yang digunakan dalam penelitian. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kompos serbuk kayu, tanah andisol polybag,
banih bunga kol varietas mona f1 cap panah merah, pupuk NPK, pupuk KCl, dan air bersih.
3.3. Metode Penelitian
Rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) nonfaktorial
dengan 3 ulangan. Faktor yang diuji yaitu :
K0
= tanah
K1 = kompos serbuk kayu
K2 = 1 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
K3 = 2 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
K4 = 3 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
K5 = 4 : 1 (kompos serbuk kayu : tanah)
3.4. Pelaksanaan Penelitian
a.
Persiapan media tanam
|
Kompos serbuk kayu dicampur dengan tanah dengan perbandingan
(1:1), (2:1), (3:1), (4:1), campuran media tanam kedalam polybag ukuran 15 x 35
cm. Persiapan media tanam dilakukan satu
minggu setelah benih tanaman bunga kol disemai.
b. Persemaian
benih
Benih disemai dalam polybag sebanyak 1
benih perlubang dengan kedalam 0,1 cm. Media penyemaian adalah campuran kompos
serbuk kayu dengan tanah halus (2:1) disiram air sampai basah dan ditutup
dengan daun kelapa kering selama 5 hari, 15 hari setelah semai benih bunga kol siap
dipindahkan kedalam polybag berukuran 15 x 35 cm.
c. Penanaman
Bibit yang berumur 15 hari setelah semai dipindahkan ke kedalam
polybag berukuran 15 cm x 35 cm yang
sudah terisi media tanam,bibit dikeluarkan dalam polybag semai dengan cara menggunting polibag dan
mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar.
d. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan setiap pagi dan sore. Penyiraman dihentikan jika terjadi curah hujan
dengan intensitas yang tinggi.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang
dilakukan adalah perawatan tanaman dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT).
f. Penyulaman
Untuk tanaman bunga kol yang rusak ( tidak sehat
) atau yang mati harus diganti dengan tanaman baru atau yang lazim disebut
penyulaman. Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 MST.
g. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan sangat hati-hati
agar tidak merusak akar tanaman. Penyiangan dihentikan pada akhir fase vegetatif.
h. perempelan
Untuk tunas yang keluar dari cabang, dilakukan
perempelan agar ukuran dan kualitas massa bunga dapat terbentuk optimal.
Setelah massa bunga terbentuk, agar massa bunga ternaungi dari cahaya matahari,
maka daun-daun tua diikat. Penaungan berfungsi untuk mempertahankan warna bunga
kol agar tetap putih.
i.
Pemupukan
Pemberian pupuk
susulan sebanyak 3 kali dilakukan selama masa pertumbuhan:
·
Pertama, diberikan 15 HST yang terdiri dari NPK
0.5 kg/90 plot, dan KCl 0.5 kg/90 plot.
·
Kedua, diberikan 25 HST yang terdiri dari NPK 1
kg/90 plotdan KCl 1 kg/90 plot.
·
Ketiga, diberikan 35-40 HST yang terdiri dari NPK
1,5 kg/ 90 plot, dan KCl 1,5 kg/90 plot.
j.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan
dengan cara memotong tangkai bunga kol kemudian dibungkus dengan kertas supaya
tidak mengalami masalah dalam penanganan pasca panen.
3.5. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini akan
meliputi beberapa parameter, adapun parameter
yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman bunga kol
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada
umur 15, 30, 45 hari setelah tanam. Tinggi tanaman bunga kol diukur dengan
menggunakan meteran dari permukaan tanah sampai keujung yang tertinggi.
2. Jumlah daun
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada
umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam dengan cara menghitung perdaun tanaman
bunga kol.
3. Diameter
batang
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada
umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam dengan cara mengukur diameter batang
tanaman bunga kol.
4. Diameter massa bunga kol
Dilakukan pada 3 tanaman sampel yang dilakukan pada
umur 45 dan 50 hari setelah tanam dengan cara mengukur diameter massa bunga
tanaman bunga kol.
5. Berat bunga kol
Dilakukan pada tanaman sampel dengan cara
memisahkan bunga kol dari batangnya, kemudian bunga kol dikemas sesuai
keperluan untuk ditimbang berat bobot bunga kol.
3.6. Analisis
Data
Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik sidik ragam pada taraf 5%. Apabila uji F
berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan
BNT.
Lampiran 1 BAGAN
PERCOBAAN
Jarak
antar polybag : 50 cm
Jarak antar plot : 100 cm
Jarak antar
ulangan : 100 cm
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik . 2007. Produksi Sayuran di Indonesia
Tahun 2006. Jakarta_____. 2009. Produksi
Sayuran di Indonesia Tahun 2003 -2008. Jakarta.
Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. 2004. Profil Komoditas Kubis. Departemen Pertanian, Jakarta.
Cahyono, B. (2001). Kubis Bunga
dan Broccoli. Kanisius,Yogyakarta. Halaman 12-14.
Dalmadi. 2010. SyaratTumbuh
Brokoli. Jakarta:Direktorat Jenderal Holtikultura.
Fitriani, M. L. 2009. Budidaya Tanaman Kubis Bunga ( Brassica oleracea var botrytis L.)
di Kebun Benih Hortikultura KBH Tawangmangu. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hendra, D. 2007. Pembuatan Arang
Aktif dari Limabah Pembalakan Kayu Puspa
dengan
Teknologi Produksi Skala Semi Pilot. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25 No. 2, April 2007: 93-107. Bogor.
Hadisumitro, L. M., 2009. Membuat
Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
Isroi,
2008. Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.http://id.wikipedia.org/wiki/kompos
Indriani,
Y. H., 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta.Penebar Swadaya.
Manglayang,
F. 2005. Keunggulan dan Kekurangan Kompos. Tersedia dalam:
http://manglayang.blogsome.com/dardjat-kardin-teknologi-kompos/8-
keunggulan-dan-kekurangan-kompos/
Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan
Polybag . Penebar Swadaya, Jakarta
Putri, A.I. 2008.
Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 21(1) :
1-8.
Rao, S,. (2007).
Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.Edisi ke-2,. Terjemahan dari:Soil Mikroorganism and Plant
Growth. Jakarta: Universitas Indonesia
Simanungkalit, dkk. 2006. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian .
Simalango,
E. 2009. Keuntungan Menggunakan Pupuk Organik. menggunakan- pupuk-organik
Suntoro, 2002. Prediksi Pengaruh
Aktivitas Asam Organik Hasil Dekomposisi Berbagai
Sumber Bahan Organik Terhadap Fe, Al dan Ketersediaan P di Oxic Dystrudept, Sains Tanah. Vol
1(2):17-23
Setiyo, Y. 2007. Kajian tingkat
pencemaran udara oleh gas NH3 dan H2S pada proses
pengomposan secara aerob. Jurnal Agrotekno 13 : 25—28
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis
Bertanam Sayuran. Jakarta: Agro MediaPustaka.
Yuwono,
D. 2006. Kompos. Jakarta. Penebar Swadaya.
.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home