TANAMAN ECENG
PADI/CREOT
Eceng, eceng padi atau wewehan adalah sejenis tumbuhan air
yang biasa menjadi gulma di area persawahan. Nama ilmiahnya adalah Monochoria
vaginalis. Tumbuhan ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah di
Indonesia. Ikau lada atau si korpuk adalah sebutan Monochoria vaginalis di
daerah Batak; orang Betawi menyebutnya ecèng padi; orang Aceh orang menyebutnya
bak creot; Sunda menyebutnya ecèng leutik atau ecèng lĕmbut; orang Jawa
memanggilnya wéwéhan, wéwéyan, bĕngok; orang Bali menyebutnya wéwéhan, biah-biah;
orang Lombok menyebut mĕmadèng, mĕmarèng, orang Makassar menamainya
balang-balang dan orang Bugis menyebutnya balĕmpalĕng. Di Minahasa namanya
tumpĕng.
dengan tinggi antara 5-50 cm, semusim atau menahun, tumbuh
mengelompok di tanah bencah[6]. Wewehan memiliki rimpang (batang semu)
berukuran pendek; bagian seperti batang yang terlihat panjang adalah
perpanjangan dari pelepah dan tangkai daun[5]. Akar tanaman ini termasuk jenis
akar serabut, warna akarnya putih dan mudah dicabut[5]. Daun-daun tunggal,
bertepi rata, umumnya bertangkai panjang, tersusun dalam roset; bentuk sangat
berubah-ubah: lanset, bundar telur lonjong, bundar telur, hingga hampir bundar,
2-12,5 × 0,2–10 cm; dengan ujung runcing dan pangkal tumpul, terpangkas, atau
melekuk, pada daun dewasa bentuk jantung, dengan lobus membundar[6]. Daun
berwarna hijau mengkilat dengan tulang daun berbentuk melengkung
Klasifikasi Ilmiah.
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk): Angiospermae
(tidak termasuk): Monokotil
(tidak termasuk): Commelinids
Ordo: Commelinales
Famili: Pontederiaceae
Genus: Monochoria
Spesies: M. vaginalis
Nama binomial
Monochoria vaginalis
Burm.f.)
Morfologi Tanaman
Bunga-bunga bertangkai, berkelamin ganda, tersusun dalam
tandan berisi 3-25 kuntum, awalnya berada dalam pelepah daun yang paling atas,
kemudian melengkung ke bawah setelah selesai bermekaran. Tenda bunga berwarna
ungu kebiruan, panjang 11-15 mm, ujungnya menutup memuntir setelah mekar, tidak
rontok. Benang sari 6, tidak sama panjang, yang lima pendek dengan kepala sari berwarna
kuning, yang satu lagi lebih besar dengan kepala sari berwarna biru. Buah
kapsul bentuk elipsoid, lk. 1 cm panjangnya, dengan 3 kampuh yang memecah kuat
dan melemparkan biji-bijinya ke dalam air. Biji sekitar 1 mm.
Penyebaran
Eceng berasal dari Asia, dan dapat ditemukan di seluruh
Indonesia[6]. Selain itu, gulma ini juga didapati di wilayah Iran, Vietnam,
Taiwan, China, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia dan Australia Utara[8].
Wewehan, memiliki sebutan yang berbeda-beda pula untuk setiap negara, orang
Bangladesh biasa menyebut wewehan dengan sebutan Panee kachu; Kamboja: Chrach;
Jepang: Konagi, Korea: Mooldalgebi, Nepal: Piralay, Malaysia: Chacha layar,
keladi agas, kelayar; Filipina: Biga-bigaan, gabi-gabi; Taiwan: Ya-she-tsau,
Thailand: Ka-kiad, Phak-khait; Vietnam: Rac mác lá thon.
Gulma
Dalam populasi yang besar, eceng dapat mengganggu tanaman
khususnya tanaman padi. Ia menjadi gulma utama bagi pertanian padi di wilayah
Filipina, Malaysia dan Korea. Wewehan yang hidup pada area pertanian padi akan ikut
menyerap nutrisi yang seharusnya untuk tanaman padi. Di samping itu, gulma ini
juga menghambat akar padi untuk menembus tanah lebih dalam, yang pada
gilirannya akan mengganggu padi dalam penyerapan nutrisi dari tanah. Pengamatan
di Filipina mendapatkan bahwa kepadatan alami eceng sebanyak 366 individu dalam
1 meter persegi dapat mengurangi hasil panen padi sebesar 35%. Penanganan gulma
wewehan dapat dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut tanaman dan secara
kimia menggunakan herbisida atau obat pembasmi gulma.
Manfaat
Meskipun wewehan terkenal sebagai gulma, tumbuhan ini juga
memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Daun wewehan dapat dimanfaatkan untuk
dimasak menjadi sayuran. Bunga juga untuk dimasak sebagai sayuran. Rumphius
melaporkan bahwa balang-balang (ia menulisnya sebagai balla balla) ini di
Makassar pada masa lalu dimakan sebagai sayuran, mentah atau dimasak; sementara
Heyne mencatat bahwa di Bogor eceng leutik dimakan hanya setelah dikukus
terlebih dahulu[4]. Daun wewehan mengandung serat yang baik untuk pencernaan. Akar
eceng dapat digunakan untuk mengobati penyakit lambung, hati, sesak nafas dan
sakit gigi; sementara daun-daunnya untuk obat demam]. Daun wewehan yang
ditumbuk halus dapat digunakan untuk obat sakit perut. Semua bagian tanaman
juga dapat digunakan untuk pakan ternak. Ekstrak eceng-eceng telah diteliti
dapat dijadikan obat pembunuh hama keong mas (Pomaceae canaliculata L.) yang
sering merusak tanaman padi di sawah]. Batang wewehan yang dikeringkan dapat
dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan[
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home